Spirit of Aqsa, Palestina- Direktur Media Rafah Land Crossing Wael, Abu Omar, negara ataupu organisasi internasional yang ingin mengirim bantuan ke Jalur Gaza tidak bisa serta-merta langsung diizinkan. Operasi pengiriman hanya dapat dilakukan melalui koordinasi dengan pihak Mesir dan dengan persetujuan Israel.
Tidak mudah memasukkan bantuan ke Jalur Gaza. 20 truk bantuan kemanusiaan yang berhasil melewati perbatasan Rafah pada Sabtu (21/10) baru sampai pada Ahad malam (23/10). Bantuan itu pun tidak langsung didistribusikan ke rakyat Gaza. Bantuan terlebih dahulu diserahkan ke UNRWA dan Bulan Sabit Merah Palestina.
Konvoi bantuan kemanusiaan baru yang terdiri dari 14 truk memasuki Jalur Gaza dari Mesir pada ahad malam. Kantor Berita Anatolia mengutip Direktur Informasi di Penyeberangan Rafah, Wael Abu Mohsen, yang mengatakan, truk-truk tersebut akan dikirim ke UNRWA dan Bulan Sabit Merah Palestina sebagai persiapan untuk didistribusikan kepada para pengungsi di Jalur Gaza.
Aktivis menerbitkan gambar beberapa truk di penyeberangan Rafah. Tuk itu membawa obat-obatan dan makanan.
PBB mengatakan, pengiriman ini hampir setara dengan 4% dari impor harian ke Jalur Gaza sebelum perang dimulai. Seharusnya, 100 truk harus masuk setiap hari untuk memenuhi kebutuhan 2,4 juta orang yang tinggal di Jalur Gaza, setengah dari mereka anak-anak.
Otoritas Palestina dan organisasi internasional mengonfirmasi, bantuan yang diberikan sejauh ini tidak memenuhi kebutuhan sejumlah besar pengungsi dan orang sakit.
Saluran televisi yang dekat dengan pihak berwenang Mesir melaporkan pada Ahad malam bahwa 40 truk bantuan akan menyeberang ke Gaza pada Senin (23/10). Di sisi lain, enam kapal tanker yang mengangkut bahan bakar yang disimpan di perbatasan memasuki Jalur Gaza dari Mesir, menurut Direktur Media Rafah Land Crossing Wael Abu Omar.
Abu Omar mengatakan, proses pengiriman bahan bakar yang dilakukan pada hari Minggu “dikoordinasikan oleh PBB,”. Dia menekankan, operasi pengiriman hanya dapat dilakukan melalui koordinasi dengan pihak Mesir dan dengan persetujuan Israel.
Masuknya bahan bakar ke Jalur Gaza terjadi setelah PBB memperingatkan bahwa rumah sakit dan fasilitas penting lainnya akan kehabisan bahan bakar.
Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, memperingatkan, bahan bakar di Jalur Gaza akan habis dalam waktu tiga hari. Dia menekankan, pemadaman bahan bakar akan berdampak serius pada situasi kemanusiaan di Jalur Gaza.
Pada saat yang sama, dia meminta semua pihak dan pihak berpengaruh untuk segera mengizinkan pasokan bahan bakar masuk ke Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan di Gaza menyerukan “pemilik pompa bensin dan siapa pun yang memiliki bahan bakar dalam jumlah berapa pun untuk segera pergi ke rumah sakit dan menyumbangkannya untuk menyelamatkan nyawa orang yang terluka.”