Spirit of Aqsa, Palestina- Seniman patung dan ahli psikologi sosial Palestina, Yusuf Al-Hindi, berusaha membuat senyum di bibir anak-anak Jalur Gaza selama pembantaian yang dilakukan teroris Israel terus berlanjut.Caranya? Melalui kreasi boneka dari sisa-sisa tenda dan kertas yang kemudian dipentaskan untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari atmosfer pembantaian, serangan, dan kehancuran.
Boneka marionet adalah patung buatan yang gerakannya bisa dikendalikan, baik dengan tangan, benang, kawat, atau tongkat. Boneka dapat menggambarkan manusia, hewan, tumbuhan, atau benda lain, dan mereka berperan dalam pertunjukan teater yang dikenal sebagai pertunjukan boneka atau seni aragoz.
Al Hindi membuat boneka yang mewakili karakter anak bernama “Yusuf,” yang syahid pada Oktober 2023. Boneka ini menjadi pesan tentang penderitaan anak-anak Gaza kepada dunia.
“Yusuf adalah simbol anak yang tidak bersalah dan syahid tanpa ampun oleh tentara Israel,” ujar Al-Hindi tentang karakter boneka marionet yang ia buat.
“Saat ini, saya masih dalam proses pembuatan, dan beberapa hari lagi, boneka ini akan memiliki bentuk yang jelas. Yusuf akan memiliki rambut keriting yang indah dan ciri-ciri wajah yang tegas,” tambahnya.
Pada Oktober lalu, video seorang ibu Palestina mencari anaknya di rumah sakit Gaza, dengan deskripsi, “rambutnya keriting dan kulitnya putih.” Setelah pencarian yang sulit, sang ibu diberi tahu bahwa Yusuf telah gugur. Ini menjadi inspirasi bagi Al-Hindi untuk menciptakan karakter boneka ini.
Al-Hindi berusaha menyampaikan beberapa pesan penting kepada dunia, termasuk fakta bahwa ribuan anak tak bersalah telah tewas dalam perang ini dan hak-hak mereka dilanggar dengan kejam melalui serangan udara, pengungsian, dan blokade.
Menghibur Anak-anak Meski dengan Tantangan
Al-Hindi, yang juga seorang pengungsi dari kamp pengungsi Shati di barat Kota Gaza, menggenggam patung boneka marionet dengan kedua tangan, membentuk tubuhnya dari bahan yang sulit didapat atau dipenuhi di pasar karena terus berlanjutnya blokade Israel di Gaza.
“Saya berusaha membuat boneka ini untuk mengirimkan pesan tentang hak-hak anak-anak rakyat Palestina, terutama hak mereka untuk hidup dengan martabat,” ujarnya.
Sambil mengukir tubuh boneka, Al-Hindi menekankan tekadnya untuk membuatnya dengan sumber daya dan materi yang sederhana, mengingat keterbatasan bahan baku dan bahan dasar yang tersedia akibat blokade dan penghancuran infrastruktur.
Al-Hindi menciptakan boneka ini dengan tujuan untuk memberikan pertunjukan boneka di kamp-kamp pengungsi, khususnya untuk anak-anak, guna mengalihkan mereka dari atmosfer perang, serangan, dan kehancuran yang mereka alami.
Seniman ini berusaha untuk “menarik senyuman di bibir anak-anak, yang merupakan sumber harapan.” Ia kehilangan peralatan dan rumahnya dalam serangan Israel, yang memaksa ia untuk mencari dan menciptakan peralatan dan bahan baru agar bisa terus membuat boneka.
Pesan Pribadi dan Panggilan untuk Dunia
Al-Hindi berbagi pengalaman pribadinya tentang perjalanan penuh penderitaan dan kesulitan ketika ia mengungsi dari kamp Shati di barat Gaza ke Khan Yunis di selatan sebelum akhirnya mengungsi lagi ke Rafah.
Ia menekankan bahwa pengalaman dan penderitaan semacam ini dialami oleh sebagian besar penduduk Gaza, yang melarikan diri dari pembantaian dan pemusnahan yang dilakukan oleh tentara Israel di Gaza, utara, Khan Yunis, dan wilayah pusat.
Al-Hindi mengajak dunia untuk segera campur tangan dan menghentikan perang di Gaza, menyelamatkan anak-anak, dan memberikan bantuan untuk sisa-sisa kehidupan yang tersisa.