Pada Kamis (2/10), serangan udara Israel merenggut 45 nyawa warga Palestina, termasuk 13 orang yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan, serta seorang ayah bersama empat anaknya. Sementara itu, tentara Israel melanjutkan aksi penghancuran sistematis dengan meledakkan rumah-rumah di Rafah, selatan Jalur Gaza.

Pusat serangan diarahkan ke Kota Gaza. Sepuluh warga Palestina syahid, di antaranya seorang anak yang ditembak drone Israel di dekat Bundaran Ansar. Di Hayy as-Sabra, seorang perempuan terbunuh saat rumahnya dibombardir. Kawasan Rimal, Zaytun, dan Beach Camp pun luluh lantak, menambah daftar panjang korban sipil, termasuk para pengungsi yang kehilangan tempat bernaung.

Di Rumah Sakit Lapangan Saraya, tercatat 5 syahid dan 37 luka-luka akibat rentetan serangan di timur dan barat kota. Pasukan Israel juga menghancurkan puluhan rumah di Tel al-Hawa, Sabra, Sheikh Radwan, dan al-Nasr dengan kendaraan sarat bahan peledak, sebuah pola penghancuran yang disengaja, bukan sekadar efek perang.

Tragedi juga menyapu Gaza Tengah. Di Deir al-Balah dan Kamp Bureij, 11 warga gugur, termasuk empat bersaudara yang hanya sedang mengumpulkan kayu bakar. Serangan lain menargetkan kerumunan sipil di Abu Arif, al-Masha’la, Wadi as-Silqa, dan Hikr al-Jami’.

Khan Younis menjadi saksi pembantaian baru. Sebanyak 22 orang syahid, di antaranya 13 yang tengah menunggu bantuan pangan, serta 9 lainnya (termasuk seorang ayah, keempat anaknya, dan cucunya) dihantam rudal Israel saat mereka berada di dapur umum kawasan al-Mawasi.

Di Rafah, buldoser dan peledak militer Israel terus meratakan blok-blok perumahan. Pola penghancuran sistematis ini bukan hal baru, melainkan bagian dari kebijakan teror yang dijalankan sejak awal agresi.

Sumber: Al Jazeera, Anadolu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here