Indonesiainside.id- Salah Muhammad Ahmad Al-Aydi merupakan mahasiswa pascasarjana yang menolak menyerah untuk meraih gelar Magistr meski berada di pengungsian. Dia mendedikasikan tesisnya dalam Administrasi Bisnis untuk “Jiwa para syuhada, korban luka, tawanan, pengungsi yang selalu bersabar, dan rumah-rumah yang Hancur”.

Meski Israel terus memporak-porandakan Jalur Gaza selama tujuh bulan, Salah berupaya menyelesaikan tesis magister dari Kamp Pengungsian di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan. Dia mengambil magister di Universitas Al-Azhar.

Melalui akun Facebook, Universitas Al-Azhar mengumumkan, mahasiswa pascasarjana, Salah Muhammad Ahmad Al-Aydi, membahas tesis di kamp-kamp pengungsian Rafah pada Sabtu (4/5/2024), dengan pengawasan dari Dekan Studi Pascasarjana Dr. Ihab Al-Masri melalui Zoom.

Tesis dalam Administrasi Bisnis di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Administrasi Universitas Al-Azhar – Gaza berjudul “Dampak Perencanaan Sirkulasi Jabatan terhadap Pemeliharaan Keahlian. Studi Lapangan di Bank-bank di Kegubernuran Selatan Palestina”.

Tesis ini dibimbing oleh Dr. Muhammad Fares dan Profesor Dr. Shadi Altalbani dari staf pengajar di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Administrasi, dengan Dr. Bilal Al-Bashiti sebagai penguji internal, dan Dr. Khalil Madi sebagai penguji eksternal.

Komite memutuskan untuk memberikan gelar master kepada mahasiswa tersebut. Al-Aydi menyatakan bahwa ia terus melanjutkan pendidikan “meskipun kehilangan, luka, dan rasa sakit, di mana harapan tetap ada, dan di tanah ini, ada yang layak untuk hidup”.

Dia mendedikasikan tesisnya kepada “Jiwa-jiwa Syuhada, Terluka, Tawanan, Pengungsi yang Sabar, dan Rumah-rumah yang Hancur.” Rektor Universitas Al-Azhar – Gaza, Profesor Dr. Omar Milad, memberikan ucapan selamat kepada mahasiswa Al-Aydi atas meraih gelar magister.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada pembimbing dan penguji atas upaya luar biasa mereka dalam kondisi paling sulit, yang membantu mahasiswa kami menyelesaikan studi mereka. Diskusi tesis ini dari tenda-tenda pengungsian adalah tantangan terus-menerus bagi suatu bangsa yang tidak mengenal kata ‘mustahil,” ujar Milad, dikutip Aljazeera Arabic, Senin (6/5/2024).

“Mahasiswa dan staf pengajar hidup dalam kondisi sulit dan rumit di tengah serangan yang kejam dan terus-menerus terhadap Jalur Gaza,” lanjutnya.

Dia mengatakan, Menteri Pendidikan dan Pendidikan Tinggi mengizinkan sidang tesis master dan doktor bagi mahasiswa Universitas Al-Azhar dari tenda-tenda pengungsian atau melalui teknologi “Zoom”.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah menghancurkan lima dari enam universitas di Jalur Gaza secara total atau sebagian, dan membunuh tiga rektor, serta 95 dekan dan profesor, menurut laporan Observatorium Hak Asasi Manusia Euro-Mediterranean.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here