Pada 25 Desember, umat Yahudi akan memulai perayaan Hanukkah, yang akan berlangsung hingga 2 Januari mendatang. Dalam enam hari perayaan ini, kelompok pemukim Yahudi berencana melakukan aksi penyerbuan ke Masjid Al-Aqsa.
Menjelang perayaan tersebut, para pemimpin dan pendukung kelompok ekstremis “Temple Mount” bersikeras untuk merayakan Hanukkah di halaman Al-Aqsa, termasuk melaksanakan ritual keagamaan khusus di bagian timur masjid. Sementara itu, tekanan terhadap warga Palestina di Yerusalem meningkat dengan pembatasan ketat atas akses mereka ke Al-Aqsa.
Menurut sumber Palestina, dinas intelijen Israel pada Senin ini memanggil 10 penjaga Masjid Al-Aqsa untuk diinterogasi, sebuah tindakan yang sering terjadi menjelang perayaan dan hari raya Yahudi.
Hubungan dengan Al-Aqsa
Hanukkah dirayakan untuk mengenang apa yang disebut “kemenangan Dinasti Hasmonean” (142–63 SM) dalam pemberontakan melawan Yunani, yang menurut kisah Yahudi, mengakhiri pemerintahan Yunani di Yerusalem pada tahun 164 SM.
Legenda Yahudi juga menyebutkan bahwa saat Hasmonean memasuki “Bait Suci” yang diklaim, mereka hanya menemukan satu botol kecil minyak untuk menyalakan menorah, namun minyak tersebut secara ajaib bertahan selama delapan hari. Karena itu, pemukim Yahudi dalam beberapa tahun terakhir mencoba menyalakan menorah di dalam Masjid Al-Aqsa, mengklaim bahwa tempat tersebut adalah lokasi pembangunan kuil ketiga yang direncanakan.
Para pemukim juga memasang dan menyalakan menorah di Tembok Barat (dikenal sebagai Tembok Al-Buraq) serta di sekitar gerbang Masjid Al-Aqsa, terutama Gerbang Al-Asbat dan Gerbang Maroko.
Ancaman Baru
Meskipun Hanukkah bukan merupakan musim penyerbuan besar-besaran ke Al-Aqsa, statistik Departemen Wakaf Islam di Yerusalem mencatat 1.795 orang ekstremis menyerbu masjid pada 2022, dan 1.332 pada 2023, dengan empat menorah dinyalakan di dalam kompleks masjid.
Abdullah Ma’ruf, mantan kepala media dan hubungan masyarakat Masjid Al-Aqsa, menyatakan kepada Al-Jazeera bahwa Hanukkah fokus pada menyalakan menorah setiap malam, yang menjadi impian kelompok ekstremis untuk dilakukan di Al-Aqsa. “Di sinilah pelanggaran terjadi,” tegasnya.
Menurut Ma’ruf, ritual resmi penyalakan menorah dilakukan di Al-Buraq, yang bersebelahan dengan dinding barat Al-Aqsa, setiap tahun. Kelompok ekstremis bahkan memasang menorah besar di Gerbang Al-Asbat di sisi timur laut Al-Aqsa, mencoba mengepung masjid dari berbagai sisi.
Dengan situasi terkini di kawasan tersebut, ada kemungkinan kelompok-kelompok ini akan mencoba meningkatkan skala aksi mereka, termasuk melakukan ritual keagamaan khusus, mengadakan pelajaran, atau doa terkait Hanukkah di dalam masjid.
Tekanan yang Meningkat
Ma’ruf juga mengkhawatirkan kemungkinan kelompok ekstremis mencoba memasang menorah besar di dalam Al-Aqsa. Meski saat ini hal itu tampaknya sulit dilakukan, ia mengingatkan bahwa “kelompok-kelompok ini selalu mencoba menjadikan ritual mereka di Al-Aqsa sebagai prioritas dan terkait dengan klaim kuil dalam teks agama mereka.”
Sebagai bagian dari persiapan Hanukkah, kelompok “Temple Mount” mengajak pendukungnya untuk berpartisipasi dalam “Pawai Maccabee” pada 26 Desember untuk mengenang tentara Israel yang tewas dalam perang terakhir, sekaligus menyerukan pengusiran Wakaf Yordania dari Yerusalem dan pembatalan perjanjian status quo terkait Al-Aqsa.
Polisi Israel yang ditempatkan di gerbang Al-Aqsa diperkirakan akan memperketat pembatasan terhadap jamaah Palestina, hanya mengizinkan mereka masuk setelah penyerbuan pagi dan sore oleh pemukim selesai. Langkah ini bertujuan memastikan suasana penyerbuan yang “tenang” bagi pemukim, yang menurut klaim mereka telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
Selain itu, menorah besar akan dipasang di pintu masuk pemukiman Yahudi di Yerusalem, bahkan di tengah-tengah lingkungan Arab dan di atap properti yang disita oleh Israel.
Sumber: Al-Jazeera