Setelah menjalani 10 tahun penjara, Ahmad Manasrah akhirnya dibebaskan pada Jumat (11/4), namun kondisinya tampak lemah secara fisik dan mental. Remaja asal Al-Quds itu sebelumnya ditahan sejak usia 13 tahun oleh otoritas Israel dan menghabiskan sebagian besar masa hukumannya di sel isolasi.
Ahmad, yang sempat menjadi sorotan dunia karena video interogasinya yang viral—di mana ia tampak ketakutan dan terus mengulang kata “tidak ingat”—kini kembali ke rumahnya di Beit Hanina, Yerusalem Utara. Meski begitu, ia belum sepenuhnya bebas. Polisi Israel langsung memberlakukan tahanan rumah hingga Minggu mendatang, disertai dengan jaminan uang.
Kondisi Psikologis Memburuk
Keluarga Ahmad menyatakan bahwa putra mereka mengalami gangguan mental serius akibat masa tahanan yang panjang dan keras. Selama bertahun-tahun, ibunya terus menyuarakan keprihatinannya atas kondisi psikologis Ahmad, bahkan pernah mengaku hanya bisa menyentuh jarinya sekali selama tujuh tahun.
Ayahnya pun sibuk mengurus proses hukum dan kesehatan Ahmad, bekerja sama dengan pengacara dan lembaga HAM. Saat dibebaskan dari Penjara Nafha di wilayah selatan, tubuh Ahmad tampak kurus dan lelah. Polisi Israel juga memperingatkan keluarga agar tidak merayakan kepulangannya atau berbicara kepada media.
Pengacara: Ahmad Tidak Lagi Anak-anak
Pengacara Khaled Zabarqa, yang selama bertahun-tahun menangani kasus Ahmad, menyatakan bahwa kliennya keluar dari penjara dalam kondisi psikis yang sangat terguncang.
“Ia masuk sebagai anak-anak dan keluar sebagai pria dewasa karena harus bertahan hidup di tengah kekerasan sistemik,” katanya kepada Al Jazeera Net.
Zabarqa menyebut bahwa sejak ditempatkan di sel isolasi pada Oktober 2021, kondisi mental Ahmad terus memburuk. Ia mengingat pertemuan dengan Ahmad saat di isolasi, di mana Ahmad mengatakan, “Saya tidak menunggu apa-apa lagi… saya hanya menunggu kematian.”
Menurut Zabarqa, proses hukum yang ditempuh seharusnya cukup untuk membebaskan Ahmad lebih awal, namun sistem peradilan Israel memandang anak-anak Palestina dengan sikap bermusuhan.
Perjalanan Kasus Ahmad
Ahmad ditangkap pada 12 Oktober 2015, saat berusia 13 tahun, atas tuduhan mencoba menikam dua pemukim Israel bersama sepupunya, Hassan Manasrah, yang langsung ditembak mati di tempat. Ahmad sendiri ditembak dan terluka sebelum ditangkap. Ia kemudian dijatuhi hukuman 12 tahun penjara yang kemudian dikurangi menjadi 9,5 tahun.
Ahmad lahir pada 22 Januari 2002 di Beit Hanina dan menjadi simbol penderitaan anak-anak Palestina di penjara Israel. Dua video yang tersebar luas—satu saat ia terluka dikelilingi pemukim yang mencaci maki, dan satu lagi saat diinterogasi secara kasar—membangkitkan simpati publik internasional. Namun berbagai kampanye untuk membebaskannya lebih awal gagal total.
Puluhan Anak Palestina Masih Ditahan
Menurut sumber yang memantau urusan tahanan anak-anak di Yerusalem, saat ini terdapat 65 anak Palestina dari Yerusalem yang ditahan oleh Israel. Dari jumlah itu, 28 sudah divonis, sementara 37 lainnya masih menunggu putusan.
Mereka ditahan di Penjara Megiddo, dekat Haifa, termasuk Mohammad Zalbani (15), yang divonis 18 tahun penjara, serta Mohammad Abu Qutaish dan Jaafar Matar yang masing-masing dihukum 15 dan 12 tahun. Beberapa anak mengalami luka tembak saat ditangkap, dan satu di antaranya menderita kanker
.Sumber: Al Jazeera, Anadolu Agency