Spirit of Aqsa, Palestina- 30 tahanan administratif melakukan mogok makan selama 13 hari berturut-turut. Aksi mogok itu merupakan upaya pata tahanan melawan kezaliman penjajah Israel.
Sampai saat ini, para tahanan yang mogok makan masih menunggu respons penjajah Israel terhadap tuntutan mereka. Advokat Tahanan Palestina mengatakan, jika tanggapan itu tidak sesuai harapan mereka, banyak tahanan yang akan ikut mogok makan.
“Jika otoritas penjajah Israel terus melakukan lebih banyak operasi penahanan administratif, akan ada kelompok baru yang akan terlibat dalam pemogokan selama periode mendatang,” demikian keterangan resmi kelompok advokat tahanan Palestina.
“28 dari tahanan yang mogok diisolasi di empat kamar di Penjara Ofer, sementara tahanan hak asasi manusia Salah al-Hammoury diisolasi di sel penjara Hadarim, dan tahanan Ghassan Zawahra di sel penjara Negev,” lanjutnya.
Klub itu mengatakan, pengelolah penjara Israel justru mengeluarkan ancaman kepada tahanan yang mogok makan. Beberapa ancaman itu seperti larangan kunjungan keluarga, mengambil barang-barang mereka, dan mengisolasi mereka.
“Di samping mempraktikkan metode yang ditujukan untuk tekanan dan pelecehan psikologis,” ujar klub itu.
Saat ini ada sekitar 780 lebih tahanan adiminstratif di penjara Israel, termasuk enam anak di bawah umur dan dua tahanan wanita.
Dari tahun 2015 hingga 2022, otoritas penjajah Israel mengeluarkan lebih dari 9.500 perintah penahanan administratif. Sejak awal 2022 penjajah telah mengeluarkan sekitar 1.365 perintah, yang tertinggi pada Agustus lalu, mencapai 272 surat perintah penangkapan.
Penahanan administratif adalah keputusan untuk memenjarakan dengan perintah militer Israel, menuduh adanya “file rahasia” untuk tahanan, tanpa mengajukan dakwaan, dan diperpanjang selama enam bulan yang dapat diperpanjang beberapa kali.