Puluhan pemukim Israel, Senin (29/12), kembali menerobos pelataran Masjid Al-Aqsa di Al-Quds Timur yang diduduki, dengan pengawalan ketat aparat kepolisian dan militer Israel. Aksi ini menambah daftar panjang pelanggaran terhadap kesucian salah satu situs paling sakral umat Islam.
Sumber-sumber di Al-Quds melaporkan, para pemukim memasuki kawasan Masjid Al-Aqsa secara berkelompok dan secara terbuka menggelar ritual-ritual Talmudik. Aksi tersebut disertai tur provokatif, nyanyian, serta tepuk tangan, yang kerap memantik kemarahan dan luka batin warga Palestina.
Pada saat yang sama, polisi Israel memperketat pembatasan terhadap jamaah Palestina. Pemeriksaan identitas diberlakukan secara diskriminatif, sementara sebagian kartu identitas ditahan di gerbang-gerbang luar masjid, membatasi akses warga untuk beribadah di tempat sucinya sendiri.
Warga Palestina menilai rangkaian tindakan ini sebagai bagian dari eskalasi sistematis pendudukan Israel untuk mengubah karakter Al-Quds Timur, termasuk Masjid Al-Aqsa, melalui kebijakan yudaisasi yang terus dipaksakan, sekaligus menghapus identitas Arab dan Islam kota tersebut.
Sejak 2003, otoritas pendudukan Israel secara sepihak membuka jalan bagi pemukim untuk memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa.
Sejak itu pula, jumlah pelanggaran dan aksi penodaan meningkat dari tahun ke tahun, berlangsung di bawah perlindungan aparat keamanan, tanpa akuntabilitas internasional yang berarti.
Bagi warga Palestina, setiap pelanggaran di Al-Aqsa bukan sekadar insiden keamanan, melainkan luka yang terus diulang, sebuah pesan kekuasaan yang dipaksakan di ruang suci, di tengah dunia yang memilih diam.
Sumber: Palinfo










