Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud al-Basal, menggambarkan berkas orang hilang dan proses pencarian jenazah sebagai “yang paling sulit dan paling menyakitkan” dalam tragedi kemanusiaan di Jalur Gaza. Ia menegaskan ribuan warga Palestina masih terkubur di bawah puing bangunan yang hancur sejak awal perang, sementara operasi pencarian nyaris terhenti total.
Dalam keterangannya kepada Al Jazeera Net, al-Basal menjelaskan bahwa sejak November 2023, tim Pertahanan Sipil terpaksa menghentikan sebagian besar operasi penarikan jenazah. Hal itu terjadi setelah alat berat seperti ekskavator dan buldoser mereka diserang oleh militer Israel. Dampaknya, jumlah korban yang tetap berada di bawah reruntuhan meningkat drastis.
“Sudah hampir dua tahun, dan orang-orang masih tertimbun puing. Kita berbicara tentang puluhan ribu korban, mungkin lebih dari 10 ribu jenazah masih berada di lokasi bangunan yang hancur,” ujarnya. Di antara mereka terdapat anak-anak, perempuan, ibu hamil, lansia, dan pasien yang tidak pernah sempat diselamatkan.
Ia menuturkan bahwa ribuan keluarga kini berusaha mengevakuasi jenazah kerabat mereka sendiri. “Ada yang berhasil, ada yang tidak berdaya. Yang jelas, ribuan korban masih berada di bawah reruntuhan hingga hari ini.”
Al-Basal mengatakan sebagian jenazah dapat dikenali secara langsung, namun jumlah yang tidak dapat diidentifikasi sangat besar. Proses identifikasi baru bisa dilakukan melalui pemeriksaan DNA, yang fasilitasnya saat ini tidak tersedia. Dalam beberapa bulan terakhir, Pertahanan Sipil mengevakuasi ratusan jenazah tak dikenal yang kemudian dimakamkan di “pemakaman tanpa nama” di Deir al-Balah, termasuk jenazah yang diserahkan otoritas Israel namun tidak dapat dikenali.
“Dimakamkan dengan Nomor”
Menurut al-Basal, para korban itu dimakamkan menggunakan nomor setelah sampel biologis diambil. Mereka akan tetap tidak dikenal sampai peralatan pemeriksaan genetik dapat masuk ke Gaza.
Ia menutup keterangannya dengan menggambarkan luka psikologis keluarga para hilang. “Bayangkan seorang ayah berdiri setiap hari di atas reruntuhan rumahnya, berharap menemukan serpihan tulang atau sisa tubuh salah satu anaknya. Itulah kenyataan Gaza hari ini.”
Pada Senin, Kementerian Kesehatan Gaza memutuskan memakamkan 15 jenazah Syahid tak dikenal yang sebelumnya ditahan Israel, setelah upaya identifikasi tidak berhasil. Rabu lalu, kementerian menerima 15 jenazah lain melalui Palang Merah, sehingga total jenazah yang diserahkan sejak awal perang menjadi 345, namun hanya 99 yang berhasil diidentifikasi.
Sejak awal 2024, Kementerian Kesehatan Gaza juga merilis tautan digital berisi foto-foto yang diseleksi dengan menjaga martabat para korban, untuk membantu keluarga mengenali kerabat mereka sebelum jenazah dipindahkan ke rumah sakit.
Perang dua tahun yang didorong Israel (dimulai pada 8 Oktober 2023 dan berlangsung dengan dukungan Amerika Serikat) menyisakan sekitar 9.500 warga Palestina yang hilang. Pemerintah Gaza menyebut mereka telah Syahid dan masih berada di bawah puing-puing pembantaian tersebut.
Selain itu, lebih dari 70 ribu warga Palestina gugur Syahid dan sekitar 171 ribu lainnya terluka. Diperparah dengan kerusakan infrastruktur yang masif, PBB memperkirakan biaya rekonstruksi Gaza mencapai 70 miliar dolar AS.









