Meski pemerintah pendudukan Israel terus mengulur-ulur pelaksanaan tahap pertama kesepakatan gencatan senjata di Gaza, dengan syarat baru akan melanjutkan tahap kedua hanya jika semua jenazah tentaranya diserahkan, tanda-tanda di lapangan menunjukkan adanya pergeseran nyata menuju persiapan tahap berikutnya. Negara-negara penengah kini menyiapkan pengaturan baru yang bakal menjadi landasan tahap kedua di sektor ini.

Tahap kedua kesepakatan mengatur transisi administrasi Gaza ke pemerintahan sipil yang dipimpin oleh tokoh-tokoh independen Palestina, kehadiran pasukan stabilisasi internasional, penarikan penuh tentara Israel dari “garis kuning”, serta penonaktifan senjata Hamas.

Langkah-langkah di Lapangan

Al Jazeera mencatat beberapa pergerakan penting sebagai persiapan tahap kedua:

  • Pemilihan figur baru untuk memimpin lembaga lokal utama di Gaza, yang akan bertanggung jawab atas layanan vital seperti pembersihan reruntuhan, distribusi air, dan perbaikan jaringan sanitasi.
  • Faksi-faksi Palestina telah mengajukan kandidat profesional kepada mediator Mesir, yang kemudian dibahas dalam dialog internal untuk memilih satu dari tiga calon tiap kota. Gaza memiliki 25 kotamadya, lima di antaranya besar.
  • Sementara itu, dalam rangka mempersiapkan pasukan internasional, aparat keamanan Otoritas Palestina menghubungi petugas mereka di Gaza untuk ditugaskan sebagai pendamping pasukan yang akan diterjunkan. Lebih dari 30 ribu petugas keamanan Palestina di Gaza, yang tetap menerima gaji sejak perpecahan 2006, siap terlibat.

Tekanan internasional terhadap Israel untuk mempercepat masuknya bantuan kemanusiaan juga mulai terlihat. Qatar berhasil menyalurkan ribuan tenda, sementara Turki fokus pada penyediaan rumah sementara (kavelan). Israel pun membuka kembali pos perbatasan “Zikim” di barat laut Gaza untuk pengiriman bantuan melalui PBB dan organisasi internasional.

Pertarungan Kehendak

Sorotan kini tertuju pada kunjungan yang bakal dilakukan delegasi Mesir ke Gaza—yang pertama sejak perang meletus. Analis politik Palestina, Wissam Afifa, menekankan bahwa langkah ini menandai pergeseran Mesir dari mediasi jarak jauh ke keterlibatan lapangan langsung. Kunjungan ini diperkirakan panjang dan akan melibatkan dialog intensif dengan faksi-faksi Palestina untuk menyiapkan implementasi pasca-gencatan senjata, termasuk mekanisme keluarnya pejuang Hamas di Rafah secara aman.

Kasus pejuang Hamas ini menjadi model bagi tahap kedua kesepakatan, menghadirkan tiga kehendak yang saling bersinggungan:

  1. Kehendak Israel yang ingin memanfaatkan momen ini untuk mewujudkan tahap kedua yang menuntut penyerahan senjata dan kapitulasinya.
  2. Kehendak Hamas yang menegaskan bahwa gencatan senjata bukan bentuk penyerahan dan menuntut keluarnya pejuangnya secara aman.
  3. Kehendak Amerika Serikat yang mencoba menengahi krisis dengan memfasilitasi keluarnya pejuang secara aman, namun tetap mengamankan senjata, sehingga menciptakan kompromi bagi kedua pihak.

Analis Afifa menegaskan bahwa penyelesaian masalah pejuang Hamas di Rafah akan menjadi acuan bagi implementasi tahap kedua kesepakatan. Amerika Serikat, melalui perwakilannya, menekankan perlunya menyelesaikan isu ini tanpa menghambat kemajuan tahap kesepakatan.

Langkah-langkah ini muncul menyusul kunjungan Steve Witkoff dan Jared Kushner ke Tel Aviv sebagai utusan Presiden Donald Trump, untuk mendorong masuknya Gaza ke tahap kedua kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Qatar, Mesir, Turki, dan Amerika Serikat.

Sumber: Al Jazeera


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here