Seorang jurnalis Palestina, Saleh Al-Ja’afrawi, syahid pada Ahad (12/10), setelah ditembak oleh kelompok Abu Shabab, Geng Pengkhianat yang dibentuk oleh teroris Israel. Saleh syahid di kawasan selatan Kota Gaza.
Sumber-sumber lokal Palestina menyebut Al-Ja’afrawi menjadi target tembakan saat meliput bentrokan bersenjata di Distrik Sabra, Gaza. Ia tertembak saat masih membawa kameranya, menjalankan tugas jurnalistik.

Foto-foto Al-Ja’afrawi setelah syahid beredar luas di media sosial dan memicu duka mendalam di kalangan warga Gaza serta jurnalis Palestina. Ia dikenal luas karena keberaniannya merekam kebenaran di tengah perang.
Kementerian Dalam Negeri di Gaza menyebut bentrokan yang terjadi di Sabra melibatkan “milisi bersenjata yang berafiliasi dengan pendudukan Israel.” Bentrokan itu menyebabkan sejumlah warga sipil syahid, termasuk pengungsi yang sedang dalam perjalanan kembali dari Gaza selatan.
“Pasukan keamanan mengepung kelompok bersenjata tersebut,” kata sumber di Kementerian Dalam Negeri Gaza kepada Al Jazeera. “Mereka menembaki warga sipil yang kembali ke rumah mereka di Gaza City.”
Video bentrokan yang beredar menunjukkan adu tembak antara aparat keamanan Gaza dan kelompok bersenjata tersebut di gang-gang sempit Distrik Sabra.
Salah Satu Jurnalis yang Paling Diburu Israel
Saleh Al-Ja’afrawi menjadi salah satu wajah terpenting jurnalisme lapangan di Gaza selama dua tahun terakhir. Ia dikenal melalui liputannya yang konsisten dan berani di Instagram, memperlihatkan kehancuran, kelaparan, dan pembantaian warga sipil akibat agresi Israel.
Karena liputannya yang dianggap “membahayakan narasi Israel”, Al-Ja’afrawi dimasukkan ke dalam “daftar merah” Israel, label target yang memungkinkan tentara Israel membunuhnya kapan saja, seperti yang terjadi pada banyak jurnalis Gaza sebelumnya, termasuk koresponden Al Jazeera.
Namun Al-Ja’afrawi tetap bertahan di Gaza, menolak meninggalkan wilayahnya, dan terus bekerja untuk mendokumentasikan kejahatan perang Israel sampai akhir hayatnya.