Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengumumkan bahwa sedikitnya 117 jenazah warga sipil berhasil dievakuasi dari berbagai wilayah dalam 24 jam terakhir. Dengan temuan terbaru ini, total korban agresi militer Israel sejak 7 Oktober 2023 kini mencapai 67.806 syahid dan 160.066 luka-luka.
Tim Pertahanan Sipil Palestina juga menemukan enam jenazah lain di area timur dan barat Poros Netzarim, Gaza Tengah. Seluruhnya telah dievakuasi ke RS Syuhada Al-Aqsa. Namun itu belum apa-apa, pertahanan sipil memperkirakan sekitar 10 ribu korban masih tertimbun di bawah reruntuhan dan belum bisa dievakuasi karena situasi keamanan dan minimnya alat berat.
Krisis Kemanusiaan Memuncak
Kementerian Kesehatan di Gaza memperingatkan situasi kesehatan publik berada di titik krisis total. Ribuan pasien kini tak mendapatkan layanan medis karena rumah sakit kehabisan suplai obat, listrik, oksigen, hingga bahan bakar.
“Sektor kesehatan di Gaza membutuhkan pasokan medis darurat. Setiap jam tanpa bantuan berarti nyawa kembali melayang,” tegas Kementerian Kesehatan Gaza dalam pernyataan resminya.
Mereka juga menegaskan bahwa layanan bedah spesialis dan diagnostik kini berhenti beroperasi, memperburuk peluang keselamatan pasien luka berat.
15 Ribu Pasien Menunggu Dirujuk Keluar Gaza
Direktur RS Anak di kompleks medis Nasser, dr. Ahmad Al-Farra, mengungkapkan fakta memilukan:
“Ada 15 ribu pasien yang menunggu rujukan keluar Gaza, termasuk 5.500 anak yang membutuhkan perawatan medis segera agar tetap hidup,” ujarnya kepada Al Jazeera.
Sementara itu, Direktur Jenderal Rumah Sakit di Gaza, Muhammad Zaqout, menegaskan tidak ada satupun kiriman bantuan medis yang masuk sampai hari ini. Ia juga menuduh Israel menghalangi masuknya tim medis internasional yang sebelumnya telah diminta masuk oleh otoritas kesehatan Gaza.
Gaza Terancam Kelaparan Massal
Situasi tak kalah memprihatinkan datang dari sektor pangan. UNRWA menyebut warga Gaza masih berhadapan dengan kelaparan akut, kurang gizi, dan minimnya kebutuhan dasar seperti tenda, air bersih, dan sanitasi.
“Mencegah runtuhnya kehidupan di Gaza memerlukan waktu berbulan-bulan, bukan sekadar beberapa pekan,” kata Abeer Atefa, juru bicara World Food Programme (WFP) kepada Al Jazeera.
WFP menyebut pihaknya bersiap meningkatkan distribusi bantuan dan segera mengoperasikan kembali 30 pabrik roti untuk mencegah kelaparan massal.
Infrastruktur Lumpuh, Bantuan Terhambat
Di sisi lain, Wali Kota Gaza Yahya Al-Sarraj mengatakan tim teknis kota kini berusaha membuka akses jalan agar lebih banyak truk bantuan bisa masuk ke wilayah utara dan tengah Gaza.
Namun ia mengaku pekerjaannya hampir mustahil tanpa peralatan memadai.
“Kami kekurangan generator listrik, suku cadang kendaraan, dan sumber energi alternatif. Ini melumpuhkan kemampuan kami memberi pelayanan publik,” kata Al-Sarraj.
Sejak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober 2023, lebih dari 90 persen infrastruktur Gaza hancur. Hampir seluruh penduduk dipaksa mengungsi berulang kali, sementara ratusan ribu tercatat syahid, luka, atau hilang.