Milena Ansari, peneliti asisten untuk isu Israel-Palestina di Human Rights Watch (HRW), menegaskan bahwa armada bantuan menuju Gaza hadir di tengah kegagalan pemerintah dunia mengakhiri blokade Israel terhadap wilayah Palestina tersebut.
“Flotilla adalah sarana bagi orang-orang biasa untuk secara damai menyuarakan protes di panggung dunia terhadap ancaman pemusnahan massal,” kata Ansari dalam artikel yang diterbitkan HRW, Kamis. Ia menambahkan, “Tidak ada pengganti bagi tindakan nyata dari pemerintah untuk menghentikan pelanggaran dan memastikan akuntabilitas.”
Ansari mengingatkan bahwa insiden kebakaran di dua kapal flotilla yang bersandar di Tunisia baru-baru ini, serta serangan mematikan Israel terhadap kapal Mavi Marmara pada 2010, menjadi bukti nyata bahaya yang dihadapi para peserta armada.
Pasukan Israel kala itu membunuh sedikitnya sembilan orang di perairan Turki saat menyerang Mavi Marmara. “Serangan itu menjadi pengingat bagi komunitas internasional untuk melindungi peserta flotilla, yang oleh Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir dicap sebagai ‘teroris’,” ujar Ansari.
Ia menegaskan, “Pemerintah harus menjamin para peserta tidak dihalangi, diserang, atau diproses hukum secara sewenang-wenang, serta menekan Israel agar mengakhiri blokade ilegalnya atas Gaza.”