Pemerintah Gaza menolak mentah-mentah klaim Israel terkait serangan mematikan di kompleks medis Nasser, Khan Younis, yang menyebabkan 21 orang syahid, termasuk lima jurnalis dari berbagai media internasional, di antaranya Al Jazeera dan Reuters.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis Senin malam melalui Telegram, kantor media pemerintah menyebut narasi militer Israel sebagai “palsu dan menyesatkan.” Pasalnya, tentara Israel beralasan bahwa serangan ditujukan pada kamera milik Hamas untuk memantau pergerakan pasukan. Faktanya, kamera tersebut adalah milik Hossam al-Masri, fotografer Reuters yang ikut gugur dalam serangan pertama.
Lebih jauh, Israel mengklaim enam korban adalah anggota Hamas. Namun, menurut Gaza, sebagian dari nama yang dipublikasikan justru meninggal di lokasi berbeda. Korban di tangga rumah sakit, jelas pemerintah Gaza, sudah dikenal identitas dan profesinya, mereka bukan “target militer.”
Pernyataan itu juga menegaskan: setelah serangan awal mengenai kompleks medis, jurnalis dan tim pertahanan sipil bergegas menolong korban. Justru saat itulah Israel melancarkan serangan kedua yang disengaja, menyebabkan lebih banyak orang syahid.
Laporan independen turut memperkuat bantahan ini. Euro-Med Human Rights Monitor menyatakan beberapa nama yang disebut Israel sebagai “pejuang Hamas” terbukti gugur sehari sebelum peristiwa di Nasser, termasuk Omar Abu Tim dan Mohammed Abu Hudhaf. Organisasi itu menegaskan lagi bahwa kamera yang dihancurkan memang milik fotografer Reuters.
Meski Israel menyebut temuan mereka sebagai “hasil investigasi awal,” serangan tersebut kembali memperlihatkan pola: jurnalis menjadi target langsung. Korban tewas mencakup Mohammed Salama (Al Jazeera), Hossam al-Masri (Reuters), Maryam Abu Daqa (AP), Moaz Abu Taha (NBC), serta Ahmad Abu Aziz (Quds Feed).
Sejak dimulainya agresi Israel di Gaza Oktober 2023, sudah 246 jurnalis dibunuh, menurut data terbaru otoritas media Gaza.