Dua pakar militer menilai operasi yang dilancarkan Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, pada Rabu (kemarin) di Khan Younis, Gaza selatan, bukan sekadar serangan biasa. Aksi ini disebut berhasil mengguncang strategi militer Israel, sekaligus menegaskan bahwa intelijen perlawanan Palestina masih bekerja dengan efektif, pada titik di mana Israel justru sering kali gagal.
Al-Qassam mengumumkan bahwa mereka menyerang posisi militer Israel di tenggara Khan Younis, menargetkan tank Merkava dengan ranjau dan roket antitank. Dalam serangan jarak dekat, sejumlah tentara Israel berhasil dilumpuhkan. Bahkan, seorang pejuang melakukan aksi istisyhadi dengan meledakkan dirinya di tengah pasukan penyelamat Israel, menyebabkan korban tewas dan luka.
Sementara itu, radio militer Israel melaporkan bahwa mereka “menggagalkan upaya serangan lebih dari 10 pejuang bersenjata” yang mencoba menyerbu sebuah pos militer di Gaza selatan, meski pernyataan ini tampak bertolak belakang dengan pengakuan kerugian yang muncul di lapangan.
“Intelijen Perlawanan Masih Kokoh”
Menurut Kolonel Purnawirawan Nidal Abu Zaid, operasi ini membuktikan bahwa perlawanan di Gaza tetap solid secara intelijen dan memiliki kemampuan menembus pusat-pusat militer Israel. Ia menegaskan, serangan ini bukan spontan, melainkan hasil pengintaian dan pengumpulan data matang.
“Al-Qassam tahu di mana Brigade Kfir ditempatkan. Mereka memilih waktu yang tepat, pagi hari ketika kesiapsiagaan tentara Israel melemah. Bahkan ada pernyataan dari militer Israel sendiri yang mengakui menurunnya kewaspadaan di pasukan mereka,” jelas Abu Zaid.
Ia menambahkan, perlawanan Palestina kini semakin sering menargetkan kendaraan lapis baja Israel, sebuah titik lemah yang sudah lama menjadi masalah dalam operasi militer Tel Aviv. Menurutnya, operasi kali ini adalah “pertempuran mini” yang menggabungkan berbagai taktik: penembakan jarak dekat, peledakan ranjau, hingga operasi istisyhadi.
Abu Zaid juga menyoroti konteks strategis: operasi ini muncul ketika militer Israel tengah mempersiapkan langkah besar untuk menguasai seluruh Gaza, dimulai dari Kota Gaza. Dengan menyerang di Khan Younis, Al-Qassam mengirimkan pesan jelas: mereka bisa mengganggu jalannya persiapan Israel, bahkan di titik-titik yang diklaim sudah “bersih” dari perlawanan.
“Pesan untuk Israel: Khan Younis Belum Takluk”
Brigjen Elias Hanna, pakar militer lain, menilai serangan ini langsung menyentuh jantung strategi Israel di Khan Younis. Menurutnya, Israel berusaha menjadikan wilayah Mawasi dan garis Morag sebagai “zona kemanusiaan” setelah mengklaim berhasil menguasainya. “Tapi operasi Al-Qassam membuktikan hal sebaliknya, perlawanan masih ada di Khan Younis,” kata Hanna.
Ia juga menyinggung mengapa Brigade Kfir menjadi target utama. Pasukan ini dikenal paling keras terhadap warga Palestina. Bulan lalu, lima tentaranya tewas dan 14 luka dalam sebuah penyergapan di Beit Hanoun. Salah satu batalion di dalamnya, yang khusus dilatih untuk pertempuran kota, bahkan sempat dipertimbangkan AS untuk dikenai sanksi karena brutalitasnya terhadap rakyat Palestina.
Dalam operasi terbaru, korban di pihak Israel diyakini berasal dari unit pengintai Brigade Kfir, unit yang biasanya ditugaskan membuka jalan, memetakan area, dan menyiapkan target sebelum pasukan utama bergerak.