Spirit of Aqsa, Palestina – Akhir tahun selalu menjadi momen menyedihkan bagi warga Palestina. Selain dihantui agresi militer Israel, mereka juga dikepung musim dingin. Suhu udara menurun, bahkan pernah menyentuh angka 5 derajat Celsius. Bagi masyarakat Indonesia, musim ini seakan menjadi idaman untuk bisa dinikmati bersama keluarga. Namun, tidak bagi penduduk Palestina yang sedang dirundung duka konflik kemanusiaan menahun.
Salah satu contoh konkret dari masalah tersebut adalah keluarga warga Al-Maqdisi Fawaz Abdu yang tinggal di Kota Jabal Al-Mukaber, Al-Quds. Anak-anaknya masih kecil. Ia mendirikan sebuah tenda tepat di atas bekas rumahnya yang dirobohkan penjajah Israel.
Penderitaan keluarga Abdu kian berat lantaran penjajah Israel merobohkan rumahnya pada 30 November 2020. Kala itu, musim dingin sudah mulai melanda Palestina. Dingin pun tak bisa dilawan dengan pakaian tipis. Namun tindakan tak manusiawi penjajah Israel menambah penderitaan keluarga Abdu.
Penjajah Israel mengancam keluarga Abdu, jika ia tidak merobohkan rumahnya dalam 1X24 jam, maka penjajah Israel akan merobohkan secara paksa ditambah denda 100.000 syikal.
Penjajah lalu merobohkan rumah Abdu menggunakan buldoser. Hanya dalam sekejap mimpi seumur hidup berubah menjadi puing-puing.
Kini, keluarga Abdu hanya bertahan di bawah tenda yang dibangun tepat di atas puing-puing bekas rumahnya. Ia meletakkan rumput kering dengan harapan cuaca beku sedikit bisa teratasi. Ia memasukkan beberapa prabot rumah tangga yang selamat dari keganasan penjajah Israel.
“Saya tidak akan datang dari Yerusalem, ini adalah negara kami dan kami akan tinggal di dalamnya. Jika saya tinggal di tenda untuk umur panjang, kebijakan pendudukan tidak akan memaksa kami untuk meninggalkan kota,” kata Abdu.