Kecaman keras datang dari berbagai penjuru dunia terhadap aksi Israel yang membajak kapal Hanzala di perairan internasional saat kapal itu berlayar menuju Gaza dalam misi kemanusiaan untuk menembus blokade yang telah berlangsung lebih dari 17 tahun.
Serangan terhadap kapal terjadi pada hari ketujuh pelayaran Hanzala, yang diluncurkan oleh Komite Internasional untuk Mengakhiri Blokade Gaza. Meskipun berada di luar wilayah yurisdiksi Israel, kapal ini disergap setelah serangkaian ancaman dari militer pendudukan yang menyatakan akan menyita kapal jika terus mendekat ke Gaza.
Gambar-gambar terakhir yang disiarkan sebelum kontak terputus memperlihatkan tentara Israel menyita kamera pengawas dan memutus siaran langsung. Suasana genting melanda kapal ketika dua kapal asing dan drone Israel mengepung mereka.
Para aktivis yang berada di atas kapal menegaskan bahwa mereka telah bersiap menghadapi segala kemungkinan, dan menolak mundur dari misi kemanusiaan mereka. “Kami siap untuk semua skenario. Kami tidak akan berhenti sampai blokade ini benar-benar dihentikan,” ujar salah satu relawan internasional.
Komite Internasional menyatakan bahwa jika Israel menghalangi pelayaran, para aktivis—termasuk anggota parlemen Eropa, seniman, dan jurnalis—akan melakukan aksi mogok makan tanpa batas.
Komite tersebut mengutuk keras penyergapan ini sebagai pelanggaran mencolok terhadap hukum laut internasional karena terjadi di luar wilayah perairan Palestina.
Dunia Bereaksi: “Ini Adalah Aksi Pembajakan”
Badan Media Pemerintah Gaza menyebut aksi Israel sebagai “kejahatan perompakan laut terbaru” dan menuntut tanggung jawab penuh dari otoritas pendudukan atas keselamatan para peserta misi. Mereka menyerukan intervensi mendesak dari komunitas internasional dan PBB.
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengecam keras tindakan Israel, menyebutnya sebagai “tantangan terang-terangan terhadap nurani kemanusiaan” dan mendesak konvoi maritim serupa terus digelar hingga blokade benar-benar berakhir.
Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) juga menyebut serangan itu sebagai “kejahatan perompakan baru dalam deretan pelanggaran Israel terhadap aktivis dunia.” Mereka mendesak dunia internasional segera mengecam dan meningkatkan tekanan untuk menghentikan blokade terhadap Gaza.
Sementara itu, Anne Wright—anggota Dewan Pengarah Freedom Flotilla—menegaskan:
“Israel tidak memiliki wewenang hukum apa pun untuk menahan warga sipil internasional di atas kapal Hanzhalah. Ini bukan urusan domestik Israel. Mereka adalah warga asing yang bertindak sesuai hukum internasional di laut internasional. Penahanan ini sewenang-wenang, ilegal, dan harus segera dihentikan.”
Sejak berangkat dari pelabuhan Gallipoli, Italia, pada Ahad lalu, perjalanan Hanzhalah disiarkan langsung oleh Koalisi Freedom Flotilla melalui kanal YouTube mereka, lengkap dengan pembaruan radar secara real-time.
Kini, dunia kembali menyaksikan satu babak brutal dari pendudukan: sebuah kapal damai dihadang dengan kekerasan, hanya karena membawa pesan kebebasan untuk Gaza.