Serangan udara Israel terhadap Gereja Katolik Keluarga Kudus di Kota Gaza pada Kamis memicu gelombang kecaman dari berbagai negara dan lembaga keagamaan, disertai seruan penyelidikan segera dan penghentian pelanggaran berulang terhadap rumah ibadah serta warga sipil.
Penargetan gereja ini terjadi di tengah rentetan serangan Israel terhadap ratusan masjid sejak awal agresi pada Oktober 2023. Kementerian Wakaf Gaza mencatat lebih dari 966 masjid hancur total atau sebagian sepanjang tahun lalu, tanpa disertai kecaman berarti dari dunia internasional.
Kementerian Luar Negeri Mesir mengecam keras serangan ini, menyebutnya sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional”, merujuk pada pola penargetan masjid dan gereja selama agresi yang terus berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
Sementara itu, Patriarkat Latin Yerusalem mengecam serangan udara yang menewaskan tiga warga sipil dan melukai sembilan lainnya, termasuk Pastor Gereja, Gabriel Romanelli. Dalam pernyataannya, Patriarkat menyebut serangan ini sebagai “pelanggaran langsung terhadap kesucian tempat suci”.
Laporan dari Gaza menyebut bahwa gereja tersebut merupakan satu-satunya tempat perlindungan komunitas Kristen di Jalur Gaza, dan telah menampung keluarga pengungsi sejak awal perang. Karena itu, serangan ini dikategorikan sebagai “kejahatan berlapis” terhadap warga sipil yang terjebak.
Kecaman Internasional
Gedung Putih mengumumkan bahwa Presiden AS Donald Trump menyampaikan “ketidakpuasan” atas serangan tersebut dalam percakapan telepon dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Juru bicara Gedung Putih mengatakan Trump menyebut insiden itu sebagai “kesalahan besar” dan meminta pernyataan resmi dari pihak Israel.
Netanyahu merespons dengan menyatakan “penyesalan mendalam atas jatuhnya peluru nyasar ke gereja”, menambahkan bahwa “setiap nyawa tak berdosa yang hilang adalah tragedi”. Ia juga mengatakan penyelidikan tengah dilakukan oleh militer Israel.
Presiden Prancis Emmanuel Macron turut menyampaikan kecaman keras, menegaskan bahwa gereja tersebut berada di bawah “perlindungan sejarah Prancis”. Dalam unggahan di platform X, Macron menyatakan solidaritas dengan umat Kristen Palestina dan menyebut perang yang terus berlanjut sebagai “tidak dapat dibenarkan”, seraya mendesak “gencatan senjata segera”.
Kementerian Luar Negeri Prancis mengacu pada perjanjian bersejarah dengan Kekaisaran Ottoman pada abad ke-20, yang memberikan hak kepada Prancis untuk melindungi institusi keagamaan Katolik tertentu di wilayah suci.
Seruan Perlindungan Tempat Ibadah
Paus Leo XIV menyatakan “kesedihan mendalam” atas serangan tersebut, menyerukan “gencatan senjata segera” dan perlindungan terhadap tempat ibadah serta warga Gaza dari kehancuran akibat perang.
Menurut sumber medis dan gerejawi di Gaza, sedikitnya 27 warga Palestina gugur akibat serangan Israel pada Kamis, termasuk tiga korban di kompleks gereja.
Gereja Keluarga Kudus menjadi gereja besar ketiga yang diserang Israel sejak awal perang, setelah Gereja Ortodoks Santo Porphyrius dan Gereja Baptis.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel terus melancarkan perang genosida di Jalur Gaza, menyebabkan lebih dari 198.000 korban jiwa dan luka-luka, sebagian besar perempuan dan anak-anak, lebih dari 11.000 orang hilang, serta kelaparan meluas, menurut data Palestina dan PBB.