Sedikitnya 66 warga Palestina gugur syahid akibat serangan brutal Israel yang menghantam berbagai wilayah di Jalur Gaza, termasuk 12 orang yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan. Layanan internet dan komunikasi di seluruh wilayah Gaza dilaporkan terputus total selama empat hari terakhir akibat penghancuran infrastruktur oleh Israel.
Sumber medis menyebutkan, lebih dari 50 orang lainnya terluka dalam serangan udara yang secara langsung menyasar kerumunan warga yang sedang mengantre bantuan di barat laut Kota Gaza.
Dalam dua pembantaian terbaru di wilayah tengah dan utara Gaza, pasukan pendudukan juga membunuh 27 warga Palestina, melukai puluhan lainnya, di tengah krisis kelaparan yang kian memburuk akibat penutupan paksa semua perlintasan selama lebih dari tiga bulan.
Bantuan Dijadikan Perangkap Maut
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengecam pembantaian yang terjadi pagi ini, di mana lebih dari 15 orang dibantai saat mencoba mendapatkan bantuan di Gaza tengah.
Dalam pernyataannya, Hamas menyebut aksi ini sebagai bukti nyata bahwa Israel menjadikan kelaparan sebagai senjata perang, dan bahwa titik-titik distribusi bantuan kini berubah menjadi kuburan massal bagi warga sipil yang kelaparan.
Kesaksian warga menyebut, kendaraan tempur dan drone Israel menembaki warga sipil secara membabi buta saat mereka berkumpul dekat pusat distribusi bantuan yang dikendalikan oleh lembaga pro-Israel dan AS di wilayah Netzarim.
Sumber lokal juga melaporkan bahwa artileri Israel membombardir kerumunan warga yang menunggu bantuan di barat Beit Lahiya, Gaza utara, menyebabkan jatuhnya puluhan korban syahid dan luka-luka.
Sementara itu, di kawasan Al-Tuffah, Gaza timur, empat orang syahid akibat serangan drone Israel yang menargetkan wilayah Shaaf, menurut laporan dari RS Baptis.
Internet Putus, Jurnalis Berisiko Nyawa Demi Mengabarkan Fakta
Kondisi komunikasi lumpuh total memaksa jurnalis Palestina mempertaruhkan nyawa mereka. Banyak yang terpaksa keluar ke daerah pelabuhan atau tempat terbuka, berharap mendapatkan sinyal lemah dari chip khusus hanya untuk bisa mengirimkan foto dan laporan ke dunia luar.
Puluhan warga juga terlihat berkerumun di daerah As-Sudaniyah pagi tadi, setelah mendengar kabar angin bahwa truk bantuan internasional akan melintas. Namun tak lama berselang, tentara Israel menyerang lokasi tersebut, memicu tragedi baru.
Bantuan Dipolitisasi
Sejak 27 Mei lalu, tanpa melibatkan PBB atau lembaga kemanusiaan global, Israel mulai mengatur sendiri distribusi bantuan melalui “Lembaga Bantuan Kemanusiaan Gaza”, organisasi yang didukung penuh oleh Tel Aviv dan Washington, tetapi ditolak secara resmi oleh PBB.
Sejak 2 Maret, Israel hanya mengizinkan beberapa truk bantuan masuk melalui Kerem Shalom, itupun di bawah kendali ketat mereka. Padahal, Gaza membutuhkan sedikitnya 500 truk bantuan per hari hanya untuk bertahan hidup.
Genosida Tak Terbantahkan
Sejak 7 Oktober 2023, Israel dengan dukungan Amerika Serikat telah melancarkan perang genosida terhadap Gaza. Dalam kurun waktu tersebut, lebih dari 183.000 warga Palestina gugur atau terluka, dengan lebih dari 11.000 orang masih hilang.
Sebagian besar korban adalah anak-anak dan perempuan, sementara ratusan ribu warga menjadi pengungsi tanpa tempat tinggal.1,5 juta dari total 2,4 juta penduduk Gaza kini hidup mengungsi, setelah rumah-rumah mereka dihancurkan total oleh agresi Israel.
Di tengah eskalasi ketegangan regional, seorang pejabat militer Israel mengonfirmasi bahwa fokus utama Israel kini bukan lagi Gaza, melainkan Iran, yang disebut sebagai medan utama konfrontasi masa depan.