Greta Thunberg, aktivis lingkungan, kini meluaskan suaranya ke arah Palestina. Bersama 11 aktivis internasional, ia berlayar menuju Gaza dalam misi kemanusiaan, membawa harapan dan bantuan ke wilayah yang hingga kini terkepung genosida.
Kapal layar Madleen yang mereka tumpangi lepas dari Pelabuhan Catania, Italia Selatan, pada Ahad (1/6) sore waktu setempat. Misi ini diinisiasi oleh Freedom Flotilla Coalition—sebuah aliansi masyarakat sipil global yang dikenal lantang menantang blokade Gaza.
Tujuan mereka jelas: menembus pengepungan, membawa bantuan, dan menggugah kesadaran dunia atas penderitaan yang berlangsung di Jalur Gaza.
“Kami melakukan ini karena kita tidak boleh berhenti mencoba,” tegas Thunberg dalam konferensi pers sebelum berlayar. “Saat kita berhenti mencoba, saat itulah kita kehilangan kemanusiaan kita. Dan seberbahaya apa pun misi ini, tetap tidak lebih berbahaya daripada diam melihat genosida berlangsung.”
Pelayaran ini juga diikuti oleh aktor Game of Thrones Liam Cunningham dan aktivis hak asasi Rima Hassan. Jika tidak dihentikan, perjalanan ini diperkirakan memakan waktu tujuh hari untuk mencapai pesisir Gaza—sebuah upaya simbolik sekaligus nyata di tengah sunyinya dunia internasional.
Freedom Flotilla Coalition secara terbuka menyebut agresi Israel sebagai genosida terhadap rakyat Gaza, sebuah tuduhan yang dibantah Israel dengan narasi klasik: mereka hanya menargetkan milisi Hamas. Namun realitas di lapangan menunjukkan ribuan korban sipil, rumah sakit hancur, dan anak-anak yang tak lagi punya tempat berlindung.
Misi serupa pada Mei lalu—yang digagas kelompok Conscience—gagal setelah kapal mereka diserang dua drone di perairan internasional lepas pantai Malta. Israel dituding sebagai pelaku serangan tersebut.
Kini, dunia menanti: apakah Madleen akan selamat sampai ke Gaza? Atau sekali lagi, suara kemanusiaan harus dibungkam di tengah laut?