Geram atas meningkatnya pembantaian massal yang dilakukan Israel di Gaza, Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menyerukan aksi rakyat besar-besaran di seluruh dunia. Hamas menetapkan hari Jumat, Sabtu, dan Ahad sebagai Tiga Hari Kemarahan—sebuah seruan global untuk membongkar kejahatan genosida dan kelaparan sistematis, sekaligus menekan dunia agar segera menghentikan agresi brutal terhadap Gaza.

Dalam pernyataan resminya, Kamis malam (15/5/2025), Hamas menegaskan bahwa pasukan pendudukan Israel terus melancarkan pembantaian keji melalui pengeboman intensif dari udara dan darat, menyasar kawasan permukiman, rumah sakit, kamp pengungsian, hingga tenda-tenda tempat warga sipil berlindung.

“Seluruh keluarga Palestina telah dihapus dari catatan sipil—dibantai habis dalam adegan-adegan pembunuhan massal yang mengerikan,” ungkap Hamas.

Gerakan itu juga mengecam keras Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang terus menjalankan genosida terang-terangan dengan blokade total dan senjata kelaparan sebagai alat pemaksa untuk mematahkan keteguhan rakyat Gaza. “Apa yang dilakukan Netanyahu bukan hanya kejahatan perang, tetapi juga noda abadi bagi nurani dunia,” tegas Hamas.

Kecaman Saja Tidak Cukup
Hamas menolak segala bentuk kecaman kosong dan pernyataan formal yang tidak membuahkan aksi nyata. Mereka menuntut:

  • Sanksi internasional segera terhadap entitas penjajah.
  • Penuntutan hukum terhadap para pemimpin Israel sebagai penjahat perang.
  • Penghentian total segala bentuk dukungan bagi rezim Zionis.

“Dunia tidak bisa lagi diam,” tegas Hamas. Mereka mengajak seluruh masyarakat Arab, dunia Islam, dan orang-orang merdeka di penjuru dunia untuk menjadikan tiga hari ke depan sebagai momentum kemarahan rakyat global demi menghentikan mesin pembunuh di Gaza.

120 Syahid dalam Sehari
Laporan medis dari Gaza mencatat bahwa lebih dari 120 warga Palestina syahid hanya dalam waktu kurang dari 24 jam terakhir akibat bombardir Israel yang menyasar hingga ke rumah sakit dan pusat-pusat pengungsian.

Serangan brutal Israel terus meningkat dalam beberapa hari terakhir, bahkan ketika negosiasi gencatan senjata yang dimediasi AS, Qatar, dan Mesir masih berlangsung. Netanyahu, yang sebelumnya mengingkari kesepakatan gencatan senjata Januari lalu, kini mengancam akan memperluas perang melalui operasi militer baru bertajuk “Gerobak Gideon”—dengan target menguasai seluruh Jalur Gaza.

Sejak agresi dimulai pada Oktober 2023, lebih dari 53.000 warga Palestina syahid dan hampir 120.000 lainnya luka-luka, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here