Ketegangan serius tengah melanda hubungan antara badan intelijen dalam negeri Israel, Shin Bet (Shabak), dan kepolisian Israel terkait penanganan terorisme Yahudi. Laporan Haaretz, Selasa (16/4), menyebut konflik ini semakin meruncing setelah terungkap bahwa Komandan Divisi Tepi Barat, Avishai Malem—yang tengah diselidiki dalam kasus korupsi—diam-diam merekam pertemuannya dengan pejabat Shin Bet.

Perseteruan mencuat dari saling tuding antara dua lembaga. Shin Bet menuduh polisi tidak kooperatif dalam menindak ekstremis Yahudi, sementara pejabat senior polisi di Tepi Barat balik menuding Shin Bet menyembunyikan informasi intelijen penting. Ketegangan makin tajam sejak musim panas lalu ketika pemerintah berupaya memberhentikan Direktur Shin Bet, Ronen Bar, yang berdampak langsung pada memburuknya hubungan dengan Komisaris Polisi, Kobi Shabtai, dan penggantinya, Danny Levy.

Krisis terbaru meletus ketika kepala departemen kontra-teror Yahudi di Shin Bet, yang dikenal dengan inisial “A”, mengundurkan diri setelah rekaman perbincangannya dengan Malem dipublikasikan. Dalam rekaman itu, “A” terdengar menyatakan bahwa para pelaku teror Yahudi seharusnya dipenjara meski tanpa bukti kuat. Rekaman tersebut diyakini dibocorkan langsung oleh Malem, yang kini diselidiki karena dugaan menerima suap, menyampaikan informasi rahasia ke Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, serta mengabaikan peringatan Shin Bet terkait rencana serangan ekstremis Yahudi.

Meskipun Malem telah ditahan, Shin Bet menyebut polisi tetap pasif dalam menghadapi teror Yahudi, terutama serangan brutal oleh pemukim terhadap warga Palestina di Tepi Barat. “Shin Bet terikat tangan karena polisi enggan bertindak,” kata seorang sumber.

Menurut sumber penegak hukum lainnya, ketegangan antara kedua institusi juga diperburuk oleh peran Komandan Polisi Wilayah Shai, Moshe Binshi. Dalam sebuah rapat bersama Shin Bet dan militer, Binshi marah saat isu teror Yahudi dibahas, dan mengancam akan menjalankan operasi polisi tanpa koordinasi. Pernyataan itu segera dibalas tentara yang menegaskan bahwa “militer tetap pemegang kendali di wilayah ini.”

Puncak ketegangan terjadi setelah polisi mengizinkan ibadah Yahudi di kompleks Masjid Al-Aqsha pada Agustus lalu, serta serangkaian rotasi besar di tubuh kepolisian setelah Levy menjabat sebagai komisaris baru. Perselisihan juga makin memanas ketika Kepala Polisi Tel Aviv, Haim Sargrof, menyalahkan Shin Bet atas penemuan bom di bus dua bulan lalu, menyatakan bahwa “tugas polisi hanyalah menindak setelah kejadian,” pernyataan yang dinilai Shin Bet sebagai bentuk cuci tangan.

Terakhir, Levy mengirim surat keras kepada Direktur Ronen Bar, menuduh Shin Bet gagal menjaga keamanan rumah Perdana Menteri Netanyahu selama demonstrasi berlangsung. Tuduhan itu disebut sangat mengejutkan jajaran Shin Bet, yang justru menilai kepolisian lah yang gagal mengelola situasi di lapangan.

Laporan ini menunjukkan semakin dalamnya keretakan antar lembaga keamanan Israel di tengah meningkatnya ekstremisme Yahudi dan ketidakstabilan di wilayah pendudukan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here