Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, merilis video tentara Israel tawanan, Matan Anglist, yang menegaskan bahwa mustahil membebaskan tawanan di Gaza melalui kekuatan militer.
Dalam video tersebut, Anglist yang ditawan sejak 7 Oktober 2023 dari pangkalan militer Nahal Oz, menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk membebaskan mereka adalah melalui kesepakatan pertukaran tahanan dan pelaksanaan tahap kedua dari perjanjian gencatan senjata.
Dia juga menyampaikan pesan kepada Presiden AS Donald Trump, meminta bantuannya untuk menekan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar menyetujui pertukaran tahanan. Kepada kepala staf dan komandan militer Israel, Anglist menegaskan bahwa mereka memiliki kewajiban untuk memastikan para tawanan kembali dengan selamat.
Anglist mengungkap penderitaan para tawanan di Gaza, terutama menghadapi musim dingin dan kurangnya sinar matahari, serta menyatakan bahwa mereka mulai kehilangan harapan untuk dibebaskan.
Dia memohon agar mereka dikembalikan dalam keadaan hidup, bukan dalam peti mati, serta menegaskan bahwa perlakuan Al-Qassam terhadap tentara tawanan berbeda dengan tawanan sipil.
Gencatan senjata tahap pertama di Gaza, yang berlangsung selama 42 hari, telah berakhir beberapa hari lalu, sementara Israel menolak memasuki tahap kedua yang mencakup penghentian perang dan pertukaran tahanan.
Netanyahu berusaha memperpanjang tahap pertama tanpa memberikan konsesi apa pun, hanya untuk membebaskan sebanyak mungkin tawanan Israel di Gaza.
Sementara itu, juru bicara Al-Qassam, Abu Ubaida, menyatakan bahwa pejuang Palestina dalam kondisi siaga penuh menghadapi segala kemungkinan. Ia juga menegaskan bahwa ancaman Israel mencerminkan kelemahan dan kehinaan mereka, serta tidak akan menghentikan perlawanan yang terus berupaya menghancurkan sisa-sisa kehormatan musuh.