Spirit of Aqsa, Palestina- Sela merupakan seorang gadis yang menulis catatan harian selama terjadi pembantaian di Jalur Gaza. Dalam buku harian itu, satu potongan kertas viral di media sosial setelah ditemukan seorang wartawan yang tengah bertugas. Sela sudah syahid, namun impiannya kini abadi. 

Catatan Harian tersebut ditemukan wartawan Hani Abu Riziq. Dalam paparan di Aljazeera dijelaskan, gadis muda di Jalur terbiasa dengan buku harian untuk meluapkan segala emosi saat terjadi pembantaian. Termasuk mencatat keinginan, mulai dari yang sederhana setelah pembantaian itu berakhir. 

Wanita Gaza memimpikan jalur pendidikan dan profesional tertentu. Ada pula yang mencatat spesifikasi pasangan hidup di masa depan. Ruang mimpi tidak ada batasnya. Sementara, kenyataan terbatas tidak peduli seberapa luas cakupannya.

Sela adalah seorang gadis Gaza yang tidak asing lagi dengan anak-anak. Dia bermimpi dan memberikan kebebasan untuk berimajinasi, meskipun pembatasan dan pembantaian yang menimpa tanah sempit ini, sejak Nakba yang menimpa Palestina.

Tidak seperti serangan udara dari rentang 1948 hingga 7 Oktober, pembantaian yang Sudah berlangsung hampir tiga bulan telah merenggut nyawa 20 ribu orang. 50 ribu menjadi korban luka di tengah krisis kesehatan. Selain hancurnya hampir seluruh bangunan di Gaza, namun Sela tak pernah berhenti bermimpi dan merencanakan masa depan. 

Sela memimpikan pembantaian segera berakhir. Dia mengkhususkan satu halaman dalam buku harian untuk menuliskan mimpi-mimpi. Bahkan lebih praktis dan sederhana dengan memberi judul “Rencana Saya Setelah Perang.”

Sela berimpi tentang 30 hari pesan makanan dari rumah sambil leha-leha, menonton televisi, keluar kapan pun dan di mana pun dia inginkan, berbicara dengan ayahnya selama berjam-jam. 

Ini adalah beberapa harapan gadis kecil ini di tengah lebih dari dua juta warga Palestina yang hidup di bawah tekanan serangan brutal yang mengincar segala sesuatu, bahkan tempat ibadah, rumah sakit, atau sekolah.

Di akhir halaman itu, Sela menulis doa, “Insya Allah rencanaku terkabul.”

Itu bukanlah mimpi-mimpi besar, melainkan sekadar makanan dan minuman serta kemampuan untuk bergerak, menghubungi sang ayah, dan kemudian melakukan perjalanan menemui sang ayah. 

Mungkin itu bisa digolongkan sebagai impian kecil anak-anak di zaman ini. Namun, situasi menyulitkan gadis itu untuk mencapai mimpinya, meskipun sangat sederhana.

Tentara teroris Israel mengebom rumah gadis kecil itu sebagai bagian dari pengeboman di kamp Nuseirat di Gaza. Pengeboman itu membuat Sela syahid. Kini, dia tergabung dalam daftar 20 ribu syuhada di Jalur Gaza. 

Jurnalis Hani Abu Marzouk memposting video kisah menyakitkan ini di akun Instagram-nya. Dia menunjukkan buku harian gadis kecil Sela, dan berkomentar adegan tersebut telah berakhir, dan Sela tidak dapat menyelesaikan adegan-adegan dalam drama tersebut.

Setelah foto-foto buku hariannya dipublikasikan, sebuah video menyebar yang menunjukkan saat jenazah anak tersebut ditemukan dari bawah reruntuhan rumah.

Di halaman lain buku harian, Sela menulis sesuatu yang tampak seperti sandiwara dengan saudara laki-laki dan sepupunya. Salah satu adegan dalam sandiwara tersebut sedang merekam dirinya. Dia bangun dan tidak menemukan makanan untuk sarapan.

Tapi, Sela dan para korban lainnya tidak bangun kali ini, dan babak terakhir hidup mereka berakhir.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here