Sejak menduduki Al-QudsTimur pada 1967, otoritas Israel telah menerapkan berbagai undang-undang dan kebijakan di lapangan untuk mengubah demografi kota tersebut. Melalui langkah-langkah ini, Israel berhasil meningkatkan jumlah pemukim ilegal Yahudi di Al-Quds Timur dari nol pada tahun itu menjadi 230 ribu orang hingga saat ini. Kini, Israel berupaya menambah 150 ribu pemukim baru sebagai bagian dari proyek “Yerusalem Raya.”

Pekan ini, komite legislatif Knesset Israel membahas rancangan undang-undang yang bertujuan mencaplok beberapa permukiman di sekitar Yerusalem ke dalam wilayah kota. Sesuai prosedur yang berlaku, komite ini harus menyetujui rancangan tersebut sebelum diajukan untuk pemungutan suara dalam pembacaan awal, lalu melewati tiga tahap pembahasan hingga resmi menjadi undang-undang.

Menurut pakar pemetaan dan permukiman Khalil Al-Tafakji, proyek ini mencakup tiga blok permukiman besar:

  • Gush Etzion, terdiri dari 14 permukiman di barat daya Yerusalem.
  • Ma’ale Adumim, terdiri dari 8 permukiman yang membentang dari Yerusalem Timur hingga Lembah Yordan.
  • Givat Ze’ev, terdiri dari 5 permukiman di barat laut Yerusalem.

Saat ini, terdapat sekitar 80 ribu pemukim di Gush Etzion, 50 ribu di Ma’ale Adumim, dan 15 ribu di Givat Ze’ev.

Penggusuran dan Pemukiman Baru

Dengan mencaplok tiga blok permukiman ini, proyek “Yerusalem Raya” akan memperluas wilayah kota hingga lebih dari 600 km², atau sekitar 10% dari luas Tepi Barat. Saat ini, Yerusalem hanya mencakup 126 km² (1,2% dari luas Tepi Barat), sedangkan sebelum pendudukan Israel, luasnya hanya 6,5 km² di bawah pemerintahan Yordania.

Melalui proyek ini, Israel berupaya menggusur sekitar 150 ribu warga Palestina yang secara hukum memiliki hak tinggal di Yerusalem tetapi tinggal di luar tembok pemisah. Sebagai gantinya, Israel ingin menempatkan 150 ribu pemukim Yahudi baru untuk mengubah keseimbangan demografi kota. Targetnya, populasi Yahudi di Yerusalem mencapai 88%, sementara populasi Palestina ditekan hingga hanya 12%. Saat ini, warga Palestina masih mencakup sekitar 39% dari populasi Yerusalem, sedangkan Yahudi 61%.

Meskipun rancangan undang-undang “Yerusalem Raya” belum resmi disahkan, Israel telah mengambil langkah-langkah di lapangan untuk mewujudkannya, termasuk penghancuran rumah-rumah warga Palestina dan pembangunan infrastruktur untuk mendukung permukiman Yahudi.

Penghancuran dan Pengusiran

Salah satu contoh penghancuran yang terkait dengan proyek ini terjadi pada Senin lalu di bagian timur Kota Al-Isawiya, di mana otoritas Israel meratakan lahan pertanian seluas 5 dunum (5.000 m²).

Salah satu korban dari aksi ini adalah warga Palestina bernama Mazen Muhaysen. Dalam keterangannya kepada Al Jazeera, ia mengatakan bahwa area yang dihancurkan oleh Israel dikenal warga setempat sebagai “Bukit Al-Isawiya” dan membentang hingga daerah Khan Al-Ahmar, antara Yerusalem dan Jericho.

Muhaysen menjelaskan bahwa warga menggunakan tanah tersebut untuk bercocok tanam dan beternak karena mereka dilarang membangun rumah di sana. Namun, buldoser Israel terus-menerus menghancurkan fasilitas pertanian dan peternakan di area tersebut. Dalam kejadian terbaru, otoritas pendudukan memaksa pemilik lahan untuk mengosongkan 3.500 ekor ternak dalam waktu singkat sebelum menghancurkan lahan tersebut.

Peternakan ini menjadi sumber penghidupan bagi 10 keluarga Palestina. Menurut Muhaysen, tindakan penghancuran yang dilakukan Israel bertujuan untuk balas dendam dan penghancuran sistematis. Pasukan Israel tidak sekadar meratakan bangunan, tetapi juga merusak properti lainnya dan menggali tanah agar tidak dapat digunakan kembali.

Menghapus Keberadaan Palestina

Menurut Khalil Al-Tafakji, lahan yang dihancurkan ini berada di dalam area proyek permukiman “E1”, sebuah proyek yang mencakup 12 km² dan merupakan bagian dari rencana “Yerusalem Raya.”

Proyek “E1” (singkatan dari “East 1”) terletak di perbatasan beberapa kota Palestina, termasuk Anata, Al-Isawiya, Al-Za’im, Al-Eizariya, dan Abu Dis. Kota-kota ini telah terputus dari Yerusalem oleh tembok pemisah yang dibangun Israel.

Al-Tafakji menjelaskan bahwa Israel telah lama bekerja untuk mewujudkan proyek “Yerusalem Raya.” Salah satu langkah utama adalah pembangunan terowongan besar di bawah Kota Beit Jala untuk menghubungkan blok permukiman Gush Etzion ke Yerusalem. Selain itu, Israel telah membuka dan masih membangun serangkaian terowongan di wilayah timur Yerusalem yang akan menghubungkan permukiman Ma’ale Adumim ke kota.

Ia menambahkan bahwa tujuan strategis proyek ini memiliki dua aspek utama:

  1. Memperluas Yerusalem hingga ke Lembah Yordan untuk memutus jalur antara utara dan selatan Tepi Barat, sehingga menghambat terbentuknya negara Palestina yang berdaulat.
  2. Mengubah demografi dan geografi kota untuk memastikan kendali penuh Israel atas wilayah tersebut serta mencegah Yerusalem Timur menjadi ibu kota negara Palestina di masa depan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here