Spirit of Aqsa- Surat kabar Israel Haaretz menegaskan bahwa kembalinya ratusan ribu warga Palestina melalui jalur Netzarim di tengah Jalur Gaza telah menghancurkan ilusi kemenangan penuh yang dipromosikan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Amos Harel, analis militer senior, dalam artikelnya menyebutkan bahwa kembalinya warga ini memperkuat asumsi bahwa perang Israel di Gaza mendekati akhirnya. Ia juga menyebutkan bahwa Netanyahu akan menghadapi tekanan luar biasa dari Amerika Serikat untuk mengakhiri perang, mengingat prioritas mendatang Presiden Donald Trump.

Harel menyimpulkan, “Dengan kembalinya warga Palestina ke Gaza utara serta meningkatnya tantangan militer dan politik, kemenangan Netanyahu tampaknya hanyalah ilusi, sementara kawasan ini memasuki tahap baru yang mungkin lebih rumit dari sebelumnya.”

Menurut Harel, “Foto-foto kerumunan rakyat Palestina yang melintasi jalur Netzarim dalam perjalanan kembali ke sisa-sisa rumah mereka di Gaza utara kemungkinan besar menandai akhir perang antara Israel dan Hamas.”

Ia menambahkan, “Foto-foto yang diambil kemarin (Senin) juga menghancurkan ilusi kemenangan penuh yang dipromosikan Netanyahu dan pendukungnya selama beberapa bulan terakhir. Netanyahu kemungkinan besar harus menerima hasil yang lebih rendah dari tujuan awalnya dalam perang ini.”

Harel juga menyoroti sikap Netanyahu yang sepanjang perang menolak membahas pengaturan pasca-konflik di Gaza, menolak campur tangan Otoritas Palestina, dan terus mempromosikan skenario imajiner kekalahan total Hamas.

Konsesi Taktis

Harel menyatakan bahwa Hamas melakukan konsesi taktis demi menyelesaikan manuver strategis, yaitu kembalinya warga Gaza utara. Setelah mereka kembali ke wilayah yang hancur, Israel akan kesulitan melanjutkan perang dan kembali menggusur warga sipil dari Gaza utara, bahkan jika kesepakatan fase pertama selama enam minggu ini runtuh.

Ia juga mencatat bahwa meskipun kontraktor Amerika Serikat dari Departemen Pertahanan (Pentagon) ditempatkan di jalur Netzarim untuk memastikan tidak ada penyelundupan senjata melalui kendaraan, tidak ada pengawasan terhadap kerumunan yang bergerak dengan berjalan kaki. Hal ini memungkinkan Hamas untuk menyelundupkan sejumlah senjata, sementara sayap militernya dapat secara perlahan memperbarui kapasitas operasionalnya.

Harel menyebut langkah taktis Netanyahu sebagai hasil dari tekanan internal dan eksternal. Meskipun langkah ini berhasil membebaskan beberapa tawanan Israel, “gambar besar menunjukkan penurunan kemampuan Israel untuk memaksakan solusi militer penuh, terutama dengan pembatasan pergerakan militer Israel di Gaza setelah kembalinya warga.”

Tekanan Trump yang Menentukan

Dimensi paling rumit dalam laporan ini adalah tekanan internasional yang diperkirakan akan menentukan arah konflik ke depan. Menurut Harel, Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan memainkan peran kunci dalam menentukan masa depan konflik. Fokus utama Trump adalah mengakhiri perang, bukan memperpanjangnya, yang akan menempatkan Netanyahu dalam posisi sulit.

Harel menyoroti bahwa pertemuan mendatang antara Trump dan Netanyahu kemungkinan akan membahas solusi politik, termasuk penyelesaian pertukaran tawanan sepenuhnya dengan Hamas. Selain itu, AS mungkin akan menekan Israel untuk mencapai kesepakatan politik dengan negara-negara Arab, yang mencakup normalisasi hubungan secara menyeluruh dan pengakuan, setidaknya secara verbal, terhadap visi pembentukan negara Palestina di masa depan.

Ia menyimpulkan, “Tekanan ini mungkin akan memaksa Israel untuk mengambil langkah yang tidak terbayangkan di awal perang di Gaza.” Menurutnya, hasil akhirnya bisa sangat berbeda dari pendekatan militer garis keras yang dipromosikan pemerintah sayap kanan Israel. Masa depan politik konflik ini akan sangat bergantung pada tekanan internasional, khususnya dari AS, sementara opsi militer Israel semakin terbatas di tengah situasi medan perang dan politik yang kompleks di Gaza.

Harel juga mencatat bahwa Hamas telah mengalami pukulan militer besar selama perang ini, mungkin yang paling parah yang pernah dilakukan tentara Israel terhadap musuhnya. Namun, janji Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang menentang kesepakatan pertukaran tawanan, tentang kembalinya perang dengan cepat tampaknya jauh dari kenyataan. Keputusan akhir mungkin ada di tangan Trump, yang pertemuannya dengan Netanyahu di Washington mendatang hanya bisa digambarkan sebagai pertemuan yang menentukan.

Sumber: Haaretz

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here