Spirit of Aqsa- Pakar militer Brigadir Jenderal Elias Hanna menyatakan bahwa operasi Israel di Kota dan Kamp Jenin, Tepi Barat utara, merupakan upaya untuk menghancurkan infrastruktur perlawanan guna membuka jalan bagi ekspansi permukiman. Dalam analisisnya, ia menjelaskan bahwa Tepi Barat adalah “masalah hidup atau mati” bagi Israel. Penamaan operasi “Tembok Besi” bertujuan untuk melegitimasi tindakan tersebut secara internal dan menegaskan pentingnya operasi ini.
Istilah “Tembok Besi” merujuk pada esai yang ditulis oleh ideolog Zionis Ze’ev Jabotinsky pada tahun 1923, yang menjadi dasar pendekatan sayap kanan ekstrem Israel bahwa apa yang tidak tercapai dengan kekuatan, dapat diraih dengan kekuatan yang lebih besar.
Menurut Hanna, Jenin adalah pusat perlawanan di Tepi Barat, dan kamp pengungsi sering menjadi lingkungan yang mendukung pejuang. Ia memperkirakan operasi ini bisa meluas ke Kamp Tulkarem dan Tubas. Selain untuk mencegah “penularan Gaza ke Tepi Barat,” Israel juga mencoba membuka jalan bagi ekspansi permukiman, tergantung pada dukungan internasional, terutama dari mantan Presiden AS Donald Trump.
Namun, Hanna mencatat perbedaan besar antara Gaza dan Jenin. Di Gaza, perlawanan belum benar-benar menang atau kalah, seperti yang terlihat pada momen pertukaran tawanan Israel baru-baru ini. Sedangkan di Jenin, ukuran kamp yang kecil serta terbatasnya akses untuk melarikan diri, suplai, atau bersembunyi membuat perlawanan berada dalam posisi sulit dan lebih rentan terhadap serangan Israel.
Dalam operasi ini, Israel mengerahkan lebih banyak pasukan khusus, drone, dan alat berat, selain Divisi 788 yang bertanggung jawab atas wilayah Tepi Barat dan terdiri dari enam brigade.
Operasi besar-besaran ini berlanjut dengan pengepungan ketat dan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Jenin dan kampnya sejak Selasa. Israel juga meningkatkan serangan terhadap fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit.
Kampanye ini merupakan bagian dari eskalasi besar yang dilakukan pasukan Israel dan pemukimnya di Tepi Barat setelah diberlakukannya gencatan senjata di Gaza pada hari Minggu. Media Israel melaporkan bahwa serangan besar ini mencerminkan janji Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kepada menteri-menteri sayap kanan ekstrem untuk mencegah mereka mundur dari pemerintah karena perjanjian Gaza.
Sumber: Al Jazeera