Spirit of Aqsa- Di tengah gemuruh bom yang mengguncang setiap sudut Gaza, lebih dari 80 ribu ton bom telah dijatuhkan, menghancurkan bangunan dan melukai jiwa-jiwa yang tak berdosa. Anak-anak Gaza, yang seharusnya menjalani masa kecil dengan ceria, kini menghadapi hari-hari yang dipenuhi ketakutan dan ketidakpastian.

“Wajah-wajah belia mereka tampak letih, terlalu dini bagi mereka untuk mengenal derita yang begitu dalam,” tutur Pimpinan Perkumpulan AQL, Ustadz Bachtiar Nasir (UBN), dalam Amanat Pembebasan Palestina dari Upacara 17 Agustus AQL di Mega Mendung, Bogor.

Ledakan demi ledakan terus menambah luka, tidak hanya pada tubuh mereka, tetapi juga pada jiwa-jiwa yang rapuh. Mata mereka kehilangan kilau kebahagiaan, digantikan oleh kekosongan dan keputusasaan. Kekurangan gizi dan minimnya akses terhadap perawatan medis yang layak semakin memperburuk kondisi mereka.

Meskipun luka-luka fisik mungkin sembuh, bekasnya—baik yang terlihat maupun yang tersembunyi—akan tetap ada, mengingatkan mereka pada horor yang tak berkesudahan.

Namun, di balik penderitaan yang mereka alami, ada tekad yang tak tergoyahkan. Anak-anak Gaza tetap menjalani hidup dengan prinsip kuat:

“Birruh Biddam Nafdika ya Al-Quds, Nafdika ya Al-Aqsa” (Dengan darah dan jiwa kami, kami akan membela Al-Quds, kami akan membela Al-Aqsa).

Mereka telah merdeka dalam jiwa, dan percaya bahwa kebebasan tanah air mereka hanya tinggal menunggu waktu. Di tengah penderitaan ini, anak-anak Gaza tidak hanya menjadi saksi kejamnya perang, tetapi juga menjadi benih-benih harapan yang tak akan mudah layu.

Mereka tumbuh dengan prinsip “Isy Kariman aw mut syahidan” (hidup mulia atau mati syahid). Mereka belajar tentang ketahanan, tentang bagaimana tetap berdiri meskipun di sekitar mereka runtuh, dan bagaimana tetap berjuang meskipun harapan tampak jauh.

Setiap luka dan air mata yang mereka alami akan menjadi pondasi keberanian dan keteguhan hati mereka. Mereka tengah ditempa menjadi generasi yang luar biasa kuat, yang akan tumbuh dengan semangat untuk mengubah nasib mereka dan menciptakan masa depan yang lebih cerah. Trauma yang mereka alami hari ini akan menjadi kekuatan pendorong untuk masa depan yang lebih baik.

Di tengah keputusasaan, mereka tetap memegang teguh prinsip-prinsip mereka: “Allahu Ghoyatuna” (Allah adalah tujuan utama kami), “Ar Rasul Qudwatuna” (Rasulullah adalah teladan kami), “Al Quran Dusturuna” (Al-Qur’an adalah aturan hidup kami), “Al Jihadu Sabiluna” (Jihad adalah jalan juang kami), dan “Al Mautu fi Sabilillah Asma’amanina” (Mati syahid adalah puncak cita-cita kami).

Anak-anak Gaza, dengan tubuh kecil mereka yang ditempa oleh penderitaan, kini menjadi simbol ketahanan dan harapan. Mereka tidak hanya akan mengenang rasa sakit, tetapi juga belajar bagaimana bangkit dari kehancuran dan membangun masa depan yang lebih baik. Dalam perjuangan mereka, mereka membawa harapan bagi kebebasan dan perdamaian yang kelak akan mereka wujudkan.

Berikut Amanat Amanat Pembebasan Palestina dari Ustadz Bachtiar Nasir dalam Upacara 17 Agustus AQL di Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat:

Anak-anak Gaza seakan-akan tidak pantas untuk tumbuh kembang. Apa yang terjadi dengan saudara-saudara kita, anak-anak kita di Gaza sana?

Memang, dentuman demi dentuman bom, yang di dunia ini, tidak pernah ada bom sebanyak itu dijatuhkan di sana, lebih dari 80 ribu ton dilemparkan. lebih hebat daripada Hiroshima dan Nagasaki.

Tapi percayalah, walaupun di tengah gemuruh dan sirine yang tak henti, di antara puing-puing bangunan yang runtuh, anak-anak Gaza menjalani hari-hari dengan penuh ketakutan, wajah-wajah mereka yang masih belia tampak letih, terlalu dini mengenal derita yang begitu dalam.

Setiap dentuman menggetarkan, menambah luka yang tak hanya terasa di kulit, tetapi menoreh dalam di dalam jiwa. Mata mereka kehilangan kilau kebahagian, digantikan oleh kekosongan dan keputusasaan, secara fisik tubuh-tubuh kecil ini tak jarang dilukai. Bukan hanya oleh serpihan bom, tapi juga oleh kekurangan gizi, dan minimnya akses terhadap perawatan medis yang layak.

Luka-luka itu mungkin sembuh, tetapi bekasnya,baik yang terlihat maupun yang tersembunyi tetap ada, mengingatkan mereka pada horror yang tak berkesudahan.

Tetapi, pada hari ini. Sebetulnya, bukan seperti itu yang terjadi di Gaza. anak-anak mereka merdeka akalnya, sebentar lagi akan merdeka pula Tanah Air-nya. Free Free Palestine

Sebentar lagi (Palestina akan merdeka), karena mereka punya prinsip Birruh Biddam Nafdika ya Al-Quds, Nafdika ya Al-Aqsa.

Apa yang terjadi pada diri mereka? jiwa-jiwa mereka sudah berdiri tegak, sudah merdeka, bangsa dan negara mereka hakikatnya sekarang sudah kuat, karena seluruh negara kuat tidak bisa menghancurkan dia. Bahkan, di perjanjian terakhir, mereka siap bertempur sampai tetes darah penghabisan.

Doa-doa kita semua dari sini untuk anak-anak Gaza. Di tengah kegelapan dan penderitaan yang menghantui Gaza, ada sebuah kekuatan yang tumbuh, sebuah tekad yang tak tergoyahkan. Anak-anak yang hari ini menjalani hidup dalam bayang-bayang kehancuran dan ketakutan, mereka yang bertahan di tengah cobaan yang begitu berat sedang ditempa menjadi generasi yang luar biasa kuat. Mereka adalah saksi hidup dari kejamnya perang.

Namun di balik itu, mereka juga adalah benih-benih harapan yang tak akan mudah layu. Saat ini, mereka sudah mulai tumbuh menjadi manusia yang punya prinsip Isy Kariman aw mut syahidan (Hidup mulia, atau mati syahid),

Allahu Ghoyatuna
Ar Rasul Qudwatuna

Al Quran Dusturuna
Al Jihadu Sabiluna
Al Mautu fi Sabilillah Asma’amanina

Allah menjadi tujuan Utama mereka, Rasulullah menjadi teladan Utama mereka, Al-Qur’an sebagai aturan hidup mereka, jihad adalah jalan juang mereka, dan mati syahid adalah puncak cita-cita mereka.

Setiap luka yang mereka alami, setiap air mata yang tumpah, juga akan menjadi pondasi keberanian dan keteguhan hati mereka. Di tengah kesulitan yang terus menderah, mereka belajar tentang ketahanan, tentang bagaimana tetap berdiri meskipun di sekitar mereka runtuh, mereka diajarkan oleh kehidupan untuk tak mudah menyerah, untuk terus berjuang, meskipun harapan tak begitu jauh, dan dalam hati mereka akan tumbuh sebuah tekad yang besar, sebuah mimpi dan kedamaian yang kelak mereka akan wujudk dengan tangan mereka sendiri.

Seperti itulah dulu juga para pahlawan bangsa ini.

Secara fisik, mereka mungkin kecil, tapi jiwa mereka ditempa jadi sebesar gunung, mereka tidak hanya akan mengidap rasa sakit, tapi akan mengenal bagaimana mereka bangkit dari kehancuran, mereka akan tumbuh dengan semangat untuk mengubah nasib mereka, untuk menjadikan dunia tampaknya lebih baik.

Trauma yang mereka alami hari ini, akan menjadi kekuatan pendorong mereka untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah.

Merdekalah Indonesia, dan merdekalah jiwa kita semua

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here