Spirit of Aqsa- Ratusan ribu pengungsi di berbagai wilayah Gaza menghadapi situasi kemanusiaan yang semakin buruk memasuki musim dingin. Hujan deras menyebabkan 10.000 tenda pengungsi terendam banjir. Sementara itu, Pemerintah Kota Gaza memperingatkan potensi wabah penyakit akibat kepadatan pengungsi dan kurangnya sumber daya.
Tenda Tenggelam dan Minimnya Bantuan
Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, menyatakan, kondisi di lapangan semakin tragis seiring intensitas hujan.
“Sebanyak 10.000 tenda pengungsi tenggelam, dan kenaikan permukaan air mengancam rumah-rumah penduduk,” jelasnya, dikutip Al Jazeera.
Pemerintah Gaza melaporkan bahwa tenda-tenda pengungsi rusak parah akibat diterjang gelombang laut selama dua hari terakhir. Pemerintah juga kembali mengeluarkan seruan darurat kepada komunitas internasional untuk segera menyelamatkan ratusan ribu pengungsi sebelum terlambat.
Wabah Penyakit Mengancam
Pemerintah Kota Gaza memperingatkan meningkatnya risiko penyakit dan wabah di tengah kondisi buruk ini. Kepadatan pengungsi yang dipaksa meninggalkan rumah mereka dari wilayah utara Gaza ke kota Gaza memperburuk situasi. Kurangnya layanan dasar seperti air bersih, sanitasi, dan pengelolaan sampah menjadi penyebab utama ancaman kesehatan masyarakat.
“Pengungsian massal ini menyebabkan penumpukan sampah dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya serta lonjakan besar kebutuhan air. Semua ini memperparah krisis kesehatan dan lingkungan,” ungkap pemerintah kota dalam sebuah pernyataan.
Pihaknya juga menyerukan bantuan internasional yang mendesak untuk menyediakan kebutuhan dasar bagi para pengungsi dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Pemindahan Paksa dan Pembantaian Terus-menerus
Dalam beberapa pekan terakhir, puluhan ribu warga Gaza dipaksa meninggalkan rumah mereka akibat operasi militer besar-besaran di wilayah utara Gaza oleh pasukan Israel. Operasi darat yang dimulai pada 5 Oktober 2023 tersebut berdalih untuk mencegah Hamas kembali memperkuat posisinya. Namun, warga Palestina menyebut tindakan ini sebagai upaya Israel untuk mencaplok wilayah utara Gaza dan mengubahnya menjadi zona penyangga dengan memaksa penduduknya pergi di bawah ancaman serangan udara dan pengepungan ketat.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel melancarkan perang terhadap Gaza dengan dukungan Amerika Serikat. Pembantaian ini menewaskan dan melukai sekitar 149.000 warga Palestina, mayoritas anak-anak dan perempuan. Lebih dari 10.000 orang dilaporkan hilang, sementara kelaparan dan kekurangan obat telah merenggut nyawa puluhan anak dan orang tua, menjadikan ini salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Sumber: Al Jazeera