Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, pada Selasa (23/9) mengumumkan berhasil menarget sebuah tank Israel di kawasan Tel al-Hawa, Gaza bagian barat daya. Serangan ini berlangsung saat pasukan Israel mendorong puluhan kendaraan lapis baja mereka ratusan meter lebih dalam ke wilayah tersebut.
Dalam pernyataan singkat, Al-Qassam menyebut para pejuangnya menghantam tank Merkava Israel dengan dua roket anti-tank jenis Yassin 105 di dekat Masjid Anbashi Hassan. Aksi ini, tegas Al-Qassam, adalah bagian dari respons terhadap upaya Israel menduduki Kota Gaza dan mengusir warganya, serta perlawanan atas perang genosida yang telah berlangsung hampir dua tahun.
Invasi Darat Israel dan Perlawanan Gaza
Menurut laporan Anadolu, kendaraan tempur Israel kemarin masuk ratusan meter ke sisi utara Tel al-Hawa, bergerak dari arah Simpang Dahdouh di Jalan 8 hingga mendekati Universitas College dan Masjid Anbashi Hassan. Serangan darat ini merupakan bagian dari operasi militer besar yang disebut Israel sebagai “Kereta Gideon 2”, yang sejak Agustus lalu telah memicu penghancuran luas: pemakaian robot peledak, artileri, tembakan acak, dan pengusiran paksa warga sipil.
Sebagai balasan, faksi-faksi perlawanan Palestina melancarkan operasi “Tongkat Musa”, dengan laporan berkala mengenai serangan terhadap kendaraan lapis baja Israel serta jatuhnya korban di pihak militer penjajah. Media Israel, Yedioth Ahronoth, bahkan menulis bahwa Hamas menjadikan penangkapan tentara Israel sebagai target utama untuk menandai keberhasilan di fase awal pertempuran.
Perang Genosida yang Terus Berlanjut
Sejak Oktober 2023, Israel dengan dukungan penuh Amerika Serikat terus melancarkan perang pemusnahan terhadap Gaza. Genosida ini mencakup pembunuhan massal, kelaparan sistematis, penghancuran rumah-rumah warga, hingga pengusiran paksa, meski dunia internasional dan Mahkamah Internasional telah berulang kali menuntut penghentian perang.
Hingga kini, agresi brutal tersebut telah menelan lebih dari 65 ribu syahid dan melukai 166 ribu lainnya. Dari jumlah itu, 442 warga Palestina—termasuk 147 anak—meninggal akibat kelaparan yang dipicu blokade total Israel. Angka-angka ini bukan sekadar statistik, melainkan wajah nyata dari kejahatan perang yang dibiarkan berlangsung di hadapan dunia.