Oleh: Ustaz Asep Sobari, Lc (Pendiri Sirah Community Indonesia)
Rasulullah Saw. bergerak menyebarkan Islam berdasarkan kerangka yang sangat jelas dari awal. Pada masa awal-awal hijrah, Rasulullah memang fokus untuk menaklukkan Kota Makkah, karena wilayah tersebut merupakan kunci untuk menguasai Jazirah Arab. Upaya Rasulullah itu kemudian terbayar dengan peristiwa Fathul Makkah tahun 8 Hijiriah.
Setelah Rasulullah berhasil menaklukkan kota Makkah, maka ia pun semakin agresif menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia. Nah, untuk membawa Islam ke pentas dunia maka kuncinya adalah Syam.
Maka itu, setelah Rasulullah menjadikan Makkah sebagai pusat dakwah di Jazirah Arab, ia kemudian menyiapkan berbagai strategi untuk merebut dari Romawi kala itu. upaya itu dimulai dengan menaklukkan semua wilayah Jazirah Arab melalui perang Khaibar. Namun bertepatan dengan perang tersebut, Rasulullah juga mengirim utusan untuk menyampaikan surat ke seluruh penguasa di luar Jazirah Arab.
Surat-surat tersebut dikirim ke berbagai wilayah mulai dari dari Afrika atau Habasyah, kemudian ke bagian utara Afrika yaitu Mesir, kemudian masuk ke Syam yaitu Romawi, kemudian ke Persia, berikut ke berapa kepala suku yang kuat yang pro ke Romawi atau pro ke Persia. Artinya, setelah penaklukkan Kota Makkah, Rasulullah ingin membawa Islam ke pentas dunia.
Langkah itu menunjukkan bahwa Rasulullah menjadikan Syam sebagai target penaklukkan setelah Makkah. Tentu pada zaman ada Persia dan Romawi yang menjadi musuh besar. Tapi perlu dicatat, tidak ada sentuhan berarti terhadap Persia selama Rasulullah masih hidup. Semua sentuhan Rasulullah dan kaum muslimin itu ke arah Syam.
Hal itu menunjukkan bahwa Rasulullah sangat faham kunci untuk membawa Islam ke dunia, yakni dengan menaklukkan Syam. Selain itu, di Syam pula terdapat Baitul Maqdis yang menjadi kiblat pertama umat Islam.
Salah satu strategi Rasulullah untuk menaklukkan Syam adalah menyampaikan kabar gembira tentang keutamaan wilayah tersebut dan mengabarkan bahwa Syam akan jatuh ke tangan umat Islam. Itu menjadi penyemangat bagi umat Islam untuk menaklukkan wilayah tersebut. Pesan-pesan tersebut bisa dilihat dalam hadis-hadis yang menceritakan tentang keutamaan Syam.
Hal serupa terjadi ketika Rasulullah mengabarkan bahwa umat Islam akan menaklukkan konstantipel. Itu adalah penyemangat bagi umat Islam. Sebab, secara geopolitik, konstatinopel yang berada di Eropa tidak bisa ditaklukkan tanpa melalui Syam. Sama halnya ketika Rasulullah bermimpi melihat umatnya menyeberangi lautan untuk melakukan ekspansi membawa misi penyebaran Islam ke seluruh dunia. Semua bermula dari Syam.
Fokus Rasulullah menaklukkan Syam bisa dilihat dari perang Mu’tah. Perang tersebut terjadi pada bulan Jumadil Awal tahun 8 H, bertepatan dengan tahun 629 M. Mu’tah adalah nama sebuah perkampungan yang berada di wilayah Balqo’, Syam.
Perang ini berawal dari kepergian Haris bin Umair al Azdi menuju Syam. Ia mendapat tugas khusus dari Rasulullah sebagai seorang delegasi untuk menyampaikan sebuah surat penting kepada penguasa Gassan di Bushra. Di tengah perjalanan yang panjang dan melelahkan ini, tanpa diduga ia bertemu dengan Syurahbil Al-Ghossani -seorang yang menjabat sebagai penguasa setempat dibawah Kekaisaran Romawi- ketika sedang melewati sebuah kawasan yang bernama Mu’tah.
Saat mengetahui bahwa Haris bin Umair al Azdi salah satu delegasi Rasulullah, tanpa membuang-buang waktu lagi ia segera menangkap dan mengikatnya kemudian menghadapkannya kepada Kaisar. Tidak lama setelah itu, nyawa sahabat ini pun berakhir dibawah tebasan pedang sang musuh.
Kabar kematian Haris bin Umair menyulut kemarahan Rasulullah. Ini karena sebelumnya tidak pernah ada delegasi Rasulullah yang dibunuh. Pembunuhan kepada delegasi merupakan bentuk kriminal yang paling keji dan secara langsung merupakan bentuk penghinaan ukepada pihak yang mengutusnya.
Untuk memberi mereka pelajaran atas perbuatan keji mereka, Rasulullah segera menyiapkan bala tentara berjumlah 3000 orang. Pasukan ini membawa tugas khusus dari beliau untuk mendatangi daerah terbunuhnya Haris bin Umair dan menyeru terlebih dahulu penduduknya untuk menerima ajaran Islam. Jika mereka menolak, maka mereka wajib diperangi.
Tidak seperti biasanya, Rasulullah mengangkat tiga komandan pasukan sekaligus dalam satu pasukan sebelum diberangkatkan, “Zaid bin Haritsah lah pemimpin kalian. Apabila Zaid bin Haritsah terbunuh, maka yang memegang kepemimpinan pasukan adalah Ja’far bin Abi Thalib. Dan bila Ja’far terbunuh, maka kepemimpinan beralih ke Abdullah bin Rowahah. Dan bila Abdullah bin Rowahah terbunuh, maka hendaklah kaum muslimin memilih sendiri salah seorang di antara mereka untuk dijadikan pemimpin pasukan…”. Beliau kemudian menyerahkan panji perang kaum muslimin yang berwarna putih kepada Zaid bin Haritsah.
Namun hal yang perlu dicatat, Rasulullah menimbang berat misi tersebut. Rasulullah sampai memperhitungkan bahwa peperangan tersebut akan berlangsung sengit, sehingga terbuka kemungkinan tiga pemimpin itu bisa syahid. Artinya tidak cukup dengan satu pemimpin. Setelah ketiga pemimpin yang ditunjuk itu meninggal, kaum muslimin pun harus musyawarah untuk menentukan langkah selanjutnya.
Ini sangat jelas misi besar, karena pertama jauh dari Madinah, kedua sangat dekat bahkan termasuk bagian dari Romawi. Tentu, Rasulullah tidak hanya memberikan hukuman kepada musuh yang membunuh delegasinya. Sebab jika demikia, ia cukup menarget Gassan. Tapi dalam misi ini tidak.
Sementara Romawi melihat pengiriman pasukan itu dari kacamata yang berbeda. Bagi mereka itu adalah kesempaatan penting untuk memberi pelajaran kepada Muhammad dan Madinah. Mereka pun mengirim 200 ribu pasukan untuk bergabung dengan pasukan Gassan. Meski dalam catatan sejarah, pasukan Romawi tidak mampu mengalahkah pasukan kaum muslim yang hanya berjumlah 3000 orang. Perlu diketahui, setelah tiga komandan perang kaum muslimin gugur sebagai syahid, mereka sepakat untuk mengangkat Khalid bin Walid.
Sejak saat itu, Romawi tidak pernah mengalahkan pasukan Nabi Muhammad, baik itu secara perang maupun secara strategi. Artinya, sampai Rasulullah wafat, dia sudah membukakan jalan mulus kepada Khalifah Abu Bakar untuk menaklukkan Syam.
Maka ketika pasukan Usamah bin Zaid dikirim, Romawi benar-benar mundur. Tidak berani berhadapan. Sehingga futuhat Syam begitu masif di zaman Abu Bakar, dan Baitul Maqdis berhasil ditaklukan pada masa kekhalifaan Umar bin Khattab.
Sumber: Youtube AQL Network Baitul Maqdis
Editor: Moe