Oleh: Ustaz Umar Makka (Sekjen SoA)
Tanda-tanda Muhammad sebagai nabi akhir zaman yang datang dari Syam banyak dicatat dalam buku sejarah. Kisah yang sangat masyhur adalah ketika Muhammad SAW mendampingi pamannya, Abu Thalib, berdagang ke Syam. Dalam perjalanan ke Syam ini, Muhammad bertemu dengan seorang pendeta Nasrani yang bernama Bahira (Buhaira).
Kala itu, Buhairah meminta Abu Thalib membawa kembali Muhammad ke Kota Makkah agar orang-orang Yahudi tidak mengetahui jika ia adalah nabi terkahir. Ini menunjukkan bahwa rahib Nasrani pun mengetahui karakter orang Yahudi dalam merespon dakwah Rasulullah.
Selain pertemuan dengan Buhairah, salah satu nubuwat yang datang dari negeri Syam adalah ketika Muhammad menginjak usia 25 tahun. Suatu hari, Khadijah mendengar kabar tentang pemuda yang sangat terpercaya di kalangan Arab bernama Muhammad. Tertarik menjadikan pemuda itu karyawannya, Khadijah pun memanggilnya.
“Saya memanggil Anda berdasarkan apa yang kudengar dari orang-orang tentang perkataan Anda yang jujur, integritas Anda yang terpercaya, dan akhlak Anda yang mulia. Saya memilih Anda untuk menangani urusan-urusan perdagangan dan akan saya bayar Anda dua kali lipat dari apa yang biasa kuberikan kepada selain Anda,” ujar Khadijah kepada Rasulullah. Muhammad pun menerima tawaran Khadijah tersebut dengan senang hati.
Khadijah pun mengirim Muhammad sebagai pemimpin kafilah dagang ke negeri Syam. Seorang budak kepercayaan Khadijah bernama Maysarah ikut serta dalam kafilah tersebut.
Dalam perjalanan, seorang rahib Yahudi yang dikenal memiliki wawasan agama yang luas, Nestora, bertanya pada Maysarah, siapa gerangan pemimpin kafilah dagang yang ikut serta di dalamnya. Maysarah pun mengabarkan tentang reputasi Muhammad yang dikenal jujur dan cerdas. Nestora kemudian mengatakan, orang tersebut merupakan bakal nabi yang diutus Allah.
Segala pengalaman Maysarah dalam mengikuti kafilah dagang Rasulullah pun dikabarkan kepada Khadijah. Maysarah bahkan mengatakan, melihat dua malaikat membawa awan di atas kepala Nabi untuk melindunginya dari terik matahari.
Khadijah merupakan saudagar wanita yang telah dilamar oleh banyak pria. Namun ia menolaknya. Ini karena suatu malam Khadijah bermimpi matahari turun dari langit menuju halaman rumahnya.
Matahari tersebut kemudian bersinar terang memancarkan cahaya dari dalam rumah. Saat terbangun di pagi hari, Khadijah merasa penasaran atas mimpi itu.
Khadijah pun menemui sepupunya Waraqah bin Naufal, seorang tunanetra yang terkenal karena keahliannya dalam menafsirkan mimpi. Mendengar hal itu, Waraqah tersenyum tenang dan meminta Khadijah untuk tidak khawatir. Pasalnya, mimpi tersebut menunjukkan hal positif dalam kehidupan Khadijah.
Matahari dalam mimpi menunjukkan bahwa nabi yang penuh kedamaian dan keberkahan yang kedatangannya telah diramalkan di dalam Taurat dan Injil akan memberi cahaya di dalam rumahnya. Nabi tersebut akan membawa rahmat dan kebahagiaan dalam kehidupan Khadijah.
Tak hanya Khadijah, dari kalangan sahabat banyak pula yang mendapatkan nubuwat Muhammad dari negeri Syam. Selain Talhah bin Ubaidillah, sahabat Abu Bakar Assiddiq bahkan menerima tanda kenabian Muhammad dari negeri Syam.
Suatu ketika Abu Bakar melakukan ekspedisi dagang dari Kota Makkah ke Negeri Syam. Di tempat itu, Abu Bakar mengalami mimpi unik di Syam. Dalam mimpi itu, Abu Bakar melihat matahari dan bulan berada dalam pangkuannya. Ia lalu mengambil keduanya dengan tangan, dipeluk di dadanya, dan memakaikan jubah miliknya kepada matahari dan bulan tersebut.
Setelah terbangun dari tidurnya, Abu Bakar lantas penasaran makna apa di balik mimpi yang ia alami.Abu Bakar memutuskan untuk pergi ke seorang Rahib Nasrani untuk mencari tahu arti mimpinya itu.
“Engkau darimana?” kata Rahib Nasrani tersebut setelah mendengar cerita mimpi Abu Bakar.
Abu Bakar kemudian menjawab, “Dari Makkah”. “Dari kabilah apa?” tanya Rahib lagi.
“Dari Kabilah Tamim,” jawab Abu Bakar. Lalu Rahib itu kembali bertanya, “Apa pekerjaanmu?”
“Berdagang,” sahut Abu Bakar.
Setelah berkenalan, Rahib Nasrani itu kemudian menjabarkan makna dari mimpi yang dialami Abu Bakar.
Rahib itu berkata, “Pada masamu nanti akan lahir seorang lelaki dari Bani Hasyim namanya Muhammad Al-Amin.
Dia dari kabilah Hasyim dan dia akan menjadi Nabi akhir zaman. Jika bukan karena itu, maka tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi serta isi keduanya. Dan tidaklah Allah menciptakan Adam, dan tidaklah Allah menciptakan para Nabi dan para Rasul. Dia adalah baginda para Nabi dan para Rasul serta penutup para Nabi, dan engkau akan masuk dalam Islamnya.
“Engkau akan menjadi menterinya dan khalifah setelahnya, begitulah tabir mimpimu.”
Rahib Nasrani tersebut lantas mengaku bahwa ia mengetahui tentang kenabian Muhammad dari kitab Taurat, Zabur dan Injil. Bahkan secara diam-diam ia menyembunyikan keislamannya karena takut dengan orang-orang Nasrani di sekitarnya.
Sumber: Youtube AQL Network Baitul Maqdis
Editor: Moe