Spirit of Aqsa- Ahli militer, Mayor Jenderal Fayez al-Duwairi, menyatakan bahwa “Rencana Jenderal” yang dijalankan oleh Israel di utara Jalur Gaza berlangsung dengan lambat dan penuh kehati-hatian, serta mengungkapkan perkembangan lapangan terkait implementasinya.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, al-Duwairi menjelaskan bahwa pasukan Israel telah berhasil memisahkan wilayah utara Jalur Gaza dari Kota Gaza melalui pembentukan penghalang tanah dan serangan artileri yang intens.
Al-Duwairi juga mengungkapkan bahwa Israel kini melakukan operasi infiltrasi malam hari, di mana mereka membangun penghalang tanah dan memasukkan kendaraan militer mereka sejauh antara 100 hingga 200 meter ke dalam wilayah Gaza.
Setelah itu, tentara Israel membangun penghalang baru, mengirim robot, dan meledakkan barel dari jarak jauh. Al-Duwairi menggambarkan tindakan ini sebagai “penghancuran sistematis” terhadap Kamp Jabalia.
Ia menambahkan bahwa pasukan Israel masuk pada malam hari dan mundur keesokan paginya untuk menghindari serangan pejuang perlawanan yang lebih aktif di siang hari. Setiap hari, pasukan Israel memperluas wilayah geografis yang dikuasai.
Al-Duwairi memperingatkan, jika dunia tetap diam, Israel akan sampai pada titik di mana mereka akan menghancurkan Kamp Jabalia secara total. Saat ini, terdapat antara 300.000 hingga 400.000 warga yang menolak untuk meninggalkan wilayah tersebut.
Seorang sumber dari ruang operasi perlawanan mengatakan kepada Al Jazeera bahwa setelah 12 hari operasi militer, Israel telah menghancurkan sejumlah distrik di Kamp Jabalia. Israel kembali menempatkan pasukan mereka di malam hari untuk melanjutkan penghancuran rumah-rumah.
Sumber itu menambahkan bahwa operasi militer Israel di utara Gaza dan Kamp Jabalia tidak memiliki tujuan militer yang jelas. Ia menyebut bahwa tujuan utama adalah penghancuran rumah-rumah untuk memaksa penduduk mengungsi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang mempertimbangkan rencana untuk memutus bantuan kemanusiaan ke wilayah utara Gaza dan mengepung ratusan ribu warga Palestina yang menolak meninggalkan rumah mereka, dengan cara memblokir akses terhadap makanan dan air, menurut laporan yang diperoleh Associated Press.
Rencana tersebut, yang diajukan oleh sekelompok jenderal pensiunan kepada Netanyahu dan Knesset Israel, memberi waktu satu minggu bagi warga Palestina untuk meninggalkan sepertiga bagian utara Gaza, termasuk Kota Gaza, sebelum wilayah itu dinyatakan sebagai zona militer tertutup.