Spirit of Aqsa- Meskipun otot-ototnya melemah, Omar Abu Khalil, seorang penebang kayu dari Gaza, tetap menggenggam kapak dengan erat. Dengan tenaga yang tersisa, dia mengayunkan kapak ke batang pohon untuk mengumpulkan kayu bakar, demi memberi makan anak-anaknya.

Sudah setahun warga Gaza hidup dalam ketakutan dan kelaparan akibat perang yang berkepanjangan, tubuh mereka semakin lemah, dan kelelahan fisik maupun mental menghantui. Namun, mereka tetap bertahan dengan tekad yang kuat.

Di ruang operasi, sekelompok dokter berusaha menyelamatkan nyawa seorang anak yang terluka, mengeluarkan serpihan peluru dari jantung. Para dokter ini bekerja tanpa henti, dari satu operasi ke operasi lain, tanpa istirahat. Selama setahun penuh, jeritan korban memaksa terus berada di ruang operasi, meskipun kaki mereka membengkak karena kelelahan.

Sementara itu, para ibu yang suaminya telah gugur atau hilang dalam pembantaian harus berjuang mencari nafkah, mengurus anak-anak, dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Para siswa pun menghadapi kesulitan, belajar di tempat pengungsian tanpa sekolah atau universitas yang layak.

Di depan kamera, jurnalis perang terus berdiri, sementara fotografer berjuang mengatur bidikan gambar. Meski kelelahan mental dan fisik menghantui, mereka tetap menulis dan mendokumentasikan realitas pembantaian yang kejam.

Bertahan Meski Dalam Derita

Para jurnalis menjadi salah satu pilar utama yang menopang Gaza di saat hampir runtuh. Mereka menjadi suara dan wajah Gaza di hadapan dunia, menggagalkan upaya Israel untuk membungkam mereka. Beberapa di antara mereka bahkan harus mengorbankan nyawa dalam perang yang tidak memberikan kekebalan bagi siapa pun.

“Menyerah melaporkan adalah bentuk lain dari pembunuhan,” kata jurnalis Islam Badr, yang sejak hari pertama perang tidak pernah meninggalkan lapangan.

“Berhenti melaporkan sama saja membunuh kembali lebih dari 170 jurnalis yang telah menjadi target Israel untuk mematikan suara kebenaran,” lanjutnya, dikutip Al Jazeera, Kamis (3/10/2024).

Badr dan jurnalis Gaza lain tetap melanjutkan liputan meskipun mengalami tekanan psikologis dan fisik. Mereka merasa berkewajiban untuk terus mendokumentasikan pembantaian yang terjadi, meski penuh tantangan.

Dokter Melawan Kelelahan

Di sisi lain, para dokter di Gaza juga terus berjuang, meskipun kelelahan menghantui mereka. Hanya sedikit dokter bedah di Gaza, salah satunya adalah Hilaal al-Sheikh, yang mengatakan bahwa jumlah dokter yang pingsan di ruang operasi terus meningkat akibat tekanan kerja yang terus-menerus.

Al-Sheikh mengungkapkan, beban pekerjaan yang berat di rumah sakit membuatnya sulit mengurus keluarganya sendiri. Dengan keterbatasan sumber daya, ia harus mencari cara untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarganya, seperti air, makanan, dan bahan bakar.

Ibu-ibu Tanpa Suami

Banyak ibu di Gaza yang kehilangan suami mereka dalam perang, baik karena gugur, tertawan, atau hilang. Ini membuat mereka menanggung beban ganda dalam merawat anak-anak mereka. Iman al-Shanti, seorang jurnalis yang kini mengurus empat anaknya sendiri setelah suaminya hilang sejak awal pembantaian. Dia mengaku mengalami kelelahan fisik dan mental akibat tekanan hidup yang berkepanjangan.

Al-Shanti mengatakan, rasa lelah kian parah karena tidak ada obat untuk penyakit otot yang dideritanya. Dia harus terus berpikir tentang bagaimana memenuhi kebutuhan keluarganya setiap hari.

Pendidikan yang Tidak Pasti

Di sisi lain, Ruba Muslim, seorang mahasiswa kedokteran, menggambarkan perjuangannya selama setahun terakhir. Rencana studi terhenti akibat pembantaian. Dia harus berjuang untuk tetap fokus belajar di tempat pengungsian yang dipenuhi anak-anak dan kebisingan.

Ruba mengatakan, fokus adalah hal yang sulit dicapai, namun dia berusaha menciptakan suasana belajar yang tenang dengan menggunakan earphone.

Meski menghadapi berbagai kesulitan, Ruba dan warga Gaza lainnya terus berusaha beradaptasi dengan kondisi yang ada, meskipun mereka tahu bahwa berakhirnya perang ini akan mengungkapkan banyak luka yang belum tersentuh.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here