Spirit of Aqsa– Hamas disebut mengadopsi strategi shock and awe (kejutan dan ketakutan) dalam memilih Yahya Sinwar menggantikan Ismail Haniyah.

Strategi shock and awe adalah salah satu metode yang digunakan dalam psikologi tempur untuk menimbulkan ketakutan dan kepanikan pada musuh. Tampaknya, Hamas mengikuti strategi ini dengan memilih Yahya Sinwar sebagai Ketua Biro Politik yang baru, menggantikan Ismail Haniyah yang syahid di Teheran pekan lalu. Sinwar adalah otak di balik Pertempuran Taufan Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.

Pilihan Hamas atas Sinwar mengejutkan banyak pihak dan mengubah dinamika politik di hadapan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan negara-negara pendukungnya.

Dengan pesan tantangan yang jelas dan kuat terhadap Israel, Hamas memilih Sinwar. Begitulah reaksi netizen terhadap pengumuman Hamas.

Seorang pengguna media sosial bertanya, “Mengapa Sinwar dipilih saat ini?” Dia menjelaskan, pemilihan ini dilakukan karena beberapa alasan:

Pertama, Sinwar adalah arsitek Pertempuran Taufan Al-Aqsa dan dianggap paling mampu melanjutkan pertempuran dan menanggung akibatnya. Kedua, ini adalah pesan kekuatan dari Hamas kepada Israel, penuh dengan tantangan.

Ketiga, dengan memilih Sinwar, Hamas mengurangi tekanan internasional terhadap negara-negara yang mungkin menjadi tuan rumah pemimpin Hamas lainnya.

Profesor ilmu politik, Dr. Abdullah Al-Shayji, mengatakan, Hamas memilih konfrontasi sebagai respons terhadap perang pembantaian Israel dan kegigihan Netanyahu dalam menggagalkan negosiasi.

“Hamas mengubah dinamika politik dan mengejutkan Netanyahu dan kelompok ekstremisnya dengan memilih Sinwar, seorang tokoh utama dalam pengambilan keputusan di Gaza dan dalam negosiasi,” kata Al-Shayji.

Seorang komentator melihat pemilihan Sinwar sebagai deklarasi bahwa seluruh anggota Hamas mendukung pertempuran Taufan Al-Aqsa. Kecepatan pengambilan keputusan menunjukkan bahwa mekanisme konsultasi dan organisasi di Hamas berfungsi dengan baik dan mampu mengambil keputusan penting dalam situasi kritis.

Beberapa berpendapat, Sinwar memiliki pemahaman mendalam tentang karakter Israel, cara berpikir mereka, dan titik lemah mereka. Dengan demikian, dia bisa menargetkan aspek-aspek yang paling menyakitkan bagi Israel, mengakibatkan frustrasi dan kekalahan mental. Pemilihan Sinwar sebagai pengganti Haniyeh adalah pesan jelas tentang kesatuan keputusan Hamas dalam menghadapi pendudukan.

Pengguna media sosial lain menambahkan, dengan memilih Sinwar, Hamas memilih jalur senjata dan konfrontasi hingga akhir, menjauh dari diplomasi politik.

Sebaliknya, beberapa orang melihat keputusan ini sebagai kesalahan karena posisi Sinwar di dalam negeri yang menghambat proses negosiasi dan pergerakan politik antar negara untuk memberikan kesempatan lebih banyak dalam diskusi dan negosiasi.

Beberapa netizen menambahkan, Sinwar bukanlah politisi, melainkan seorang pejuang dan ahli strategi tempur, sehingga seharusnya Hamas memilih salah satu anggotanya yang berada di luar negeri.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here