Spirit of Aqsa, Palestina- Mimpi-mimpi puluhan ribu siswa Gaza hancur oleh serangan brutal rezim teroris Israel selama empat bulan terakhir. Pembantaian yang melanda Jalur Gaza telah menghancurkan sekolah-sekolah, merobohkan rumah-rumah, dan membuat ribuan warga sipil mengungsi.
Salah satu korban dari serangan tersebut adalah Osama Badr, seorang siswa yang bercita-cita menjadi insinyur perangkat lunak. Namun, perang yang mengerikan telah memaksa dia dan keluarganya menjadi pengungsi. Dia mengungsi dari Jalur Gaza utara ke Jalur Gaza selatan dan tinggal di tenda yang sudah penuh sesak.
Pendidikan di Gaza sekarang menjadi puing-puing, dengan ribuan siswa dan guru menjadi korban. Menurut data resmi, lebih dari 4.000 siswa syahid atau terluka, dan lebih dari 200 guru dan staf pendidikan juga menjadi korban. Selain itu, lebih dari 100 sekolah dan universitas hancur sepenuhnya, sementara hampir 300 sekolah dan universitas mengalami kerusakan parah.
“Sebelas tahun belajar, bekerja keras, dan menanti momen ujian akhir sekolah. Saya bermimpi untuk masuk universitas dan menjadi insinyur perangkat lunak. Tapi perang merusak segalanya,” ungkap Badr, dikutip Palinfo, Senin (5/2).
Sama halnya dengan Badr, Siraaj Al-Ataar, seorang siswi SMA, merasakan keputusasaan di tengah kehidupan yang sulit di tenda pengungsian. Dia meninggalkan rumahnya bersama keluarganya untuk melarikan diri dari serangan Israel.
Dengan mata penuh air mata, Al-Ataar berkata, “Sebelum tahun ajaran dimulai, saya telah mempersiapkan diri untuk ujian, membawa buku-buku dan referensi, dan bersiap untuk ujian akhir. Tapi semuanya hancur dalam sekejap.”
Selama periode pembantaian ini, sekitar 625.000 siswa di Gaza bersiap-siap memulai tahun ajaran baru. Namun, lebih dari 90% penduduk Gaza, yang jumlahnya mencapai 2,3 juta, terpaksa meninggalkan rumah mereka dan sekarang hidup dalam kondisi sulit tanpa akses pendidikan, pekerjaan, atau layanan dasar.
Penduduk Gaza saat ini menghadapi krisis kemanusiaan yang serius, termasuk kelaparan, kehausan, dan kesulitan mendapatkan listrik dan akses internet. Kepala Departemen Perencanaan di Direktorat Pendidikan di Rafah, Mohammad Issa, menegaskan bahwa kehidupan pendidikan di Gaza akan kesulitan pulih tanpa mengakhiri serangan Israel.
“Sektor pendidikan hampir sepenuhnya lumpuh sejak dimulainya agresi ini. Lebih dari 600.000 siswa tidak dapat menghadiri sekolah,” kata Issa, menyoroti kerusakan serius pada proses pendidikan dan dampak psikologis yang mendalam.