Spirit of Aqsa, Palestina- Ratusan pasien dan staf medis dilaporkan ‘menghilang’ dari Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Gaza bagian tengah, di tengah serangan udara Israel yang semakin intens di kawasan tersebut.
Melansir dari Al-Jazeera, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan, sekitar 600 pasien dan mayoritas staf medis terpaksa meninggalkan kompleks Gaza ke lokasi yang tidak diketahui. Saat ini, keberadaan mereka masih belum diketahui.
Selain itu, WHO dan PBB juga menyebutkan bahwa rumah sakit mengalami kekacauan. Hingga kini, sejumlah staf medis yang tersisa di rumah sakit masih berusaha menangani korban yang terus berjatuhan akibat serangan Israel.
“Bombardir besar-besaran Israel dari udara, darat, dan laut meningkat di sebagian besar Jalur Gaza,” lapor WHO dan PBB, dikutip dari Al-Jazeera, Rabu (10/1).
Direktur rumah sakit melaporkan, meningkatnya pembantaian dan perintah evakuasi yang terus berlanjut membuat sebagian besar staf medis setempat dan sekitar 600 pasien terpaksa meninggalkan rumah sakit ke lokasi yang tidak diketahui.
Staf WHO dan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) dilaporkan telah mengunjungi satu-satunya rumah sakit yang berfungsi di Provinsi Deir el-Balah di Gaza bagian tengah pada Ahad (7/1) lalu.
Dari hasil kunjungan, WHO dan OCHA mencatat bahwa pengeboman besar-besaran menimbulkan semakin banyak korban yang membutuhkan bantuan medis di Al-Aqsa.
Koordinator Tim Medis Darurat WHO, Sean Casey, mengatakan bahwa banyak pasien baru yang selalu tiba di rumah sakit setiap beberapa menit. Namun, perintah evakuasi dan situasi berbahaya membuat jumlah dokter yang tersisa hanya lima. Kelima dokter itu harus merawat ratusan kasus darurat dan korban lainnya.
“Ini benar-benar pemandangan yang kacau. Direktur rumah sakit baru saja berbicara dengan kami dan dia mengatakan: satu permintaannya adalah agar rumah sakit ini dilindungi, meskipun banyak stafnya yang sudah pergi,” kata Casey.
“Rumah sakit ini saat ini beroperasi dengan sekitar 30 persen staf dibandingkan beberapa hari yang lalu. Mereka melihat, dalam beberapa kasus ratusan korban masuk setiap hari ke unit gawat darurat kecil,” imbuhnya.
Bantuan Medis untuk Palestina (MAP) dan Komite Penyelamatan Internasional (IRC) menyatakan bahwa tim medis darurat mereka terpaksa menghentikan aktivitas di rumah sakit dan meninggalkan fasilitas tersebut akibat meningkatnya agresi militer Israel.
Sementara itu, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa para anggota di WHO melihat “pemandangan miris, yakni orang-orang dari segala usia dirawat di lantai yang berlumuran darah dan di koridor yang kacau”.
“Al Aqsa adalah rumah sakit terpenting yang tersisa di Gaza bagian tengah. Rumah sakit ini harus tetap berfungsi dan terlindungi untuk memberikan layanan penyelamatan nyawa,” kata Ghebreyesus.
Sementara itu, Ghebreyesus mengatakan bahwa rumah sakit di Gaza utara benar-benar lumpuh total alias tidak berfungsi lagi.
“Akses yang mendesak, aman, dan tanpa hambatan ke wilayah tersebut diperlukan untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan. Penundaan lebih lanjut akan menyebabkan lebih banyak kematian dan penderitaan bagi banyak orang,” ujar Ghebreyesus.