Spirit of Aqsa, Turki- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali melayangkan pernyataan tajam kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Erdogan mengecap Netanyahu sebagai penjagal karena menjadi tokoh utama di balik pembantaian yang dilakukan Israel di Jalur Gaza.
“Netanyahu telah mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai penjagal Gaza,” kata Erdogan, dikutip laman Al Arabiya.
“Netanyahu membahayakan keamanan semua orang Yahudi di dunia dengan mendukung anti-Semitisme melalui pembunuhan yang dia lakukan di Gaza,” ujar Erdogan.
Menurut Erdogan, Netanyahu pun menjadi ganjalan utama bagi terciptanya gencatan senjata permanen di Gaza. “Pernyataan yang dibuat oleh pemerintahan Netanyahu menghilangkan harapan kami agar jeda kemanusiaan diubah menjadi gencatan senjata yang langgeng,” katanya.
Ketika melakukan pembicaraan via telepon dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk membahas perkembangan situasi di Jalur Gaza pada Selasa (28/11/2023), Erdogan menyampaikan Israel harus mempertanggungjawabkan kejahatannya di pengadilan internasional.
“Selama panggilan telepon tersebut, Presiden Erdogan mengatakan Israel tanpa malu-malu terus menginjak-injak hukum internasional, hukum perang, serta hukum kemanusiaan internasional dengan memandang mata komunitas internasional, dan mereka harus bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukannya di depan hukum internasional,” kata Kantor Kepresidenan Turki dalam sebuah pernyataan.
Sejak berlangsungnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, Erdogan telah beberapa kali melayangkan pernyataan tajam, baik kepada Netanyahu maupun Israel. Pekan lalu, misalnya, Erdogan meminta negara-negara agar tidak ragu melabeli Israel sebagai “negara teroris”.
“Kita perlu mengetahui hal ini untuk selamanya. Israel adalah negara teroris. Tidak perlu ragu untuk mengatakan hal ini. Inilah kebenaran yang kita ketahui. Inilah yang terjadi,” ujar Erdogan, Rabu (22/11/2023) pekan lalu.
Erdogan kemudian menghujat Benjamin Netanyahu. “Netanyahu sudah hampir mati. Bahkan rakyat Israel tidak lagi mendukung Netanyahu,” ujarnya.
Erdogan mengatakan, atas kejahatannya terhadap penduduk Palestina, Netanyahu harus dibawa ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Netanyahu telah mengecam Erdogan karena menyebut Israel sebagai negara teror. “Dia (Erdogan) menyebut Israel sebagai negara teror, tapi dalam tindakannya dia mendukung negara teror Hamas. Dia sendiri yang menembaki desa-desa Turki di perbatasan Turki. Kami tidak akan menerima ajarannya,” kata Netanyahu.
Turki telah menarik duta besarnya dari Israel sebagai bentuk protes atas kebrutalan agresi ke Gaza. Namun awal bulan ini Israel menyampaikan bahwa penarikan duta besar itu tak mempengaruhi hubungan antara Tel Aviv dan Ankara. “Hubungan diplomatik dengan Turki tetap tidak berubah meskipun Ankara mengambil sikap mengenai perang di Gaza dan fakta bahwa duta besar Turki dipanggil kembali pada akhir pekan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel Lior Hayat kepada surat kabar Yedioth Ahronoth, 5 November 2023 lalu.
Dia pun mengisyaratkan bahwa Israel tetap menginginkan hubungan diplomatik dengan Turki tetap terjalin. “Kita harus memikirkan kembali bagaimana kita mencegah krisis seperti ini,” ujar Hayat.
Turki dan Israel sebenarnya baru saja memulihkan hubungan diplomatik pada Agustus 2022 lalu. Pemulihan hubungan itu berlangsung ketika posisi perdana menteri Israel masih dijabat Yair Lapid.
Hubungan Turki dan Israel membeku setelah peristiwa penyerangan kapal Mavi Marmara pada Mei 2010. Mavi Marmara adalah satu dari enam kapal yang bertolak dari Turki untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Sebanyak 10 warga sipil Turki tewas dalam aksi penyerangan Israel ke kapal tersebut.