Spirit of Aqsa, Palestina- Warga Jalur Gaza memiliki kreativitas dalam menghadapi situasi sulit seperti yang terjadi saat ini. Mereka memiliki ribuan cara untuk bertahan hidup meski zionis Israel memberlakukan blokade total.
Lumrah melihat pemuda, anak-anak, bahkan orang tua berkeliaran di jalanan dan kuburan untuk mencari kayu bakar. Di dalam pemakaman tua Ansar di kota Deir al-Balah, puluhan pemuda berpindah dari satu pohon ke pohon lain sambil membawa kapak dan gergaji, dengan tujuan menebang sebanyak mungkin cabang pohon tua.
Mereka mencari pohon tua yang sudah mati lalu ditebang menggunakan kapak atau geregaji. Hal itu terpaksa dilakukan untuk kebutuhan memasak roti.
Sejak dini hari, banyak warga Gaza berkeliaran di jalan mencari kayu dan dedaunan kering untuk digunakan memasak roti.
Menjadi Sukarelawan
Bassem al-Taweel, dari kota Deir al-Balah, mengumpulkan kayu dan memotongnya menjadi potongan-potongan kecil untuk membantu orang. Bassem bersama putranya menebang dahan pohon dan meletakkan di depan rumah secara sukarela, dengan tujuan untuk menyediakan kayu bakar bagi warga yang membutuhkan.
“Kami memecahkan kayu bakar, membantu orang memecahkannya, dan mengirimkannya kepada masyarakat sehingga mereka dapat mengamankan situasi mereka karena kekurangan gas dan listrik,” tutur Bassem.
Dia melanjutkan, “Tidak ada alternatif selain kayu dan kayu bakar, dan ada banyak orang yang membutuhkan, dan kami berdiri bersama mereka dalam keadaan sulit ini dengan menyediakan sedikit kayu bakar. Saya bekerja sebagai sukarelawan.”
Dari Satu Daerah ke Daerah Lain
Abdullah Abu Khalil, ketika sedang menebang batang pohon dengan kapak, dia datang dari kamp Nuseirat ke pemakaman di Deir al-Balah ini. Dia menempuh jarak lebih dari 10 kilometer dengan sepeda untuk mengumpulkan kayu bakar dan menebang pohon.
Pekerjaan Abu Khalil mengandung banyak risiko. Dia mengatakan dalam hal ini, “Saya jatuh dari pohon dan terkena risiko patah. Pekerjaan kami juga sangat melelahkan, dan kami juga terkena pemboman Israel saat bekerja.”
Abu Khalil menambahkan, “Kami menebang pohon untuk menyalakan api, memasak roti, membuat the dan makan, berbuka puasa, dan makan siang,” katanya, dikutip Al Jazeera.
Mayoritas toko roti sudah tutup dan sulit membeli dari sedikit toko roti yang buka karena padatnya orang. Itu memaksa sebagian besar warga terpaksa harus membeli tepung dan membuat roti dengan menggunakan kayu bakar. “Jika kami tidak datang untuk mendapatkan kayu bakar, kami akan mati kelaparan,” tuturnya.
“Kami Ingin Memberi Makan Anak-anak Kami”
Di sisi barat kuburan yang sama, pemuda Muhammad Abu Halawa, yang berasal dari kamp Al-Maghazi (sebelah timur kota Deir Al-Balah), sedang menebang pohon. “Kami mencari kebutuhan hidup, yaitu gas, listrik, dan air, dan semuanya hilang karena perang.”
“Kami datang ke pekuburan atau tempat mana pun yang terdapat kayu. Orang-orang biasa berteduh di bawah pohon. Kami mengorbankan pohon agar kami dapat hidup dan anak-anak kami dapat hidup. Kami mencari makanan untuk anak-anak kami. Kami tidak mempunyai kebutuhan hidup apa pun.”
Kumpulkan Kayu Bakar dari Jalanan
Di dalam kebun anggur, sebelah barat kamp Nuseirat di Jalur Gaza tengah, pemuda tersebut, Abdul Hadi Al-Najri, sedang mencari sisa-sisa pohon kering untuk dikumpulkan di gerobak yang ditarik oleh seekor keledai.
“Kami telah mencapai tahap mengumpulkan kayu bakar dari jalanan, dan Tuhan mencukupi kami bagi siapa pun yang membawa kami ke tahap ini, tapi syukurlah kami menemukan kayu bakar untuk dimasak dan dipanggang sehingga kami bisa makan,” ujar Al-Najri.
“Kami lebih baik dari yang lain. Orang lain tidak dapat menemukan kayu bakar dan terpaksa membelinya. Ini sangat sulit. Masyarakat tidak punya uang karena perang ini, dan kami juga membutuhkan kayu bakar dalam jumlah besar setiap hari,” lanjutnya.
Sumber: Al Jazeera