Spirit of Aqsa, Palestina- Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, berhasil menghancurkan benteng baja berteknologi tinggi tempat persembunyian militer Israel. Tembok tersebut berdiri di perbatasan Jalur Gaza dengan wilayah jajahan Israel dan dibangun antara 2018-2021 dengan biaya sangat mahal. Keberhasilan tersebut merupakan capaian pertama kalinya dalam sejarah.
Surat kabar Prancis Le Figaro melaporkan, tembok Besi tersebut seharusnya tidak dapat dilewati, karena benteng ini dibuka pada 2021 setelah dibangun selama tiga tahun. Zionis Israel menggambarkan benteng terkuat di dunia.
Benteng setinggi 65 meter itu terdiri dari beberapa kilometer tembok dan pagar, pembangunannya membutuhkan 140.000 ton besi dan baja dan menghabiskan dari satu miliar dolar. Ini dianggap sebagai ringkasan inovasi teknologi, dan penuh radar dan sensor yang menjangkau jauh ke dalam bumi.
Tembok tersebut dilengkapi dengan bagian beton bawah tanah, setebal satu meter, dan kedalaman mungkin beberapa puluh meter. Tujuannya untuk mencegah upaya Al-Qassam menyerang lewat terowongan dari Jalur Gaza.
Benteng ini juga dilengkapi dengan sistem senjata yang dikendalikan dari jarak jauh selain sistem radar. “Tembok benteng ini adalah bagian dari tembok besi kebijakan pertahanan kami di darat, di udara, di laut, dan secara umum,” kata Staf angkatan darat, Jenderal Aviv Kochavi.
Tembok ini diputuskan dibangun setelah perang 2014. Imigran ilegal Yahudi yang tinggal di balik tembok itu merasa ketakutan setelah terjadinya perang itu. Mereka takut Hamas menggali terowongan yang bisa tembus ke wilayah merek.
Namun, pada Sabtu (7/10), pasukan elit Al-Qassam menembus tembok beton ini. Kemudian, di atas pagar besi yang tingginya beberapa meter untuk membuka koridor agar para pejuang dari Brigade Qassam berjumlah ratusan dan di atas terjun payung, bersamaan dengan lebih dari 5.000 roket yang melumpuhkan pertahanan Iron Dome Israel.
Ironinya, mantan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan pada 202 bahwa tembok ini adalah proyek inovatif berteknologi maju yang akan memberikan rasa aman kepada “warga Israel”. Tembok itu berisi bagian di laut yang terhubung ke sistem senjata yang dikendalikan dari jarak jauh. Namun, semua peralatan pertahanan ini tidak cukup untuk mencegah terjadinya penyeberangan besar-besaran ini.
Menurut para analis, zionis Israel biasanya berupaya memberikan rayuan besar kepada imigran ilegal di sekitar Gaza agar mau tinggal di sana untuk menjaga ondisi geografis dan demografis antara Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Hal ini juga bertujuan untuk mengepung Jalur Gaza dan membatasinya di masa depan bagi faksi-faksi perlawanan untuk mencapai tujuan mereka yang lebih dalam.
Setelah penarikan dari Jalur Gaza, pendudukan Israel mendirikan zona penyangga di sepanjang perbatasan darat, dan puluhan permukiman tetap berada di dekat Jalur Gaza, yang sekarang disebut “cover Jalur Gaza”. Jumlahnya sekitar 50 permukiman, dan berlokasi di dalam jarak sekitar 40 kilometer di sekitar Jalur Gaza.
Jumlah warga imigran ilegal yahudi di Jalur Gaza meningkat dari sekitar 42.000 pada tahun 2009 menjadi sekitar 55.000 pada 2019, meningkat sebesar 30,6%, menurut laporan sebelumnya oleh situs ekonomi Israel “Globus”.
Permukiman cover Jalur Gaza ini terdiri dari 3 wilayah dewan regional yang berafiliasi dengan pemerintah Israel, yaitu satu; “Dewan Eshkol”, yang tersebar di area seluas 380 kilometer persegi, dan dihuni oleh lebih dari 13 ribu pemukim, yang tinggal di 32 pemukiman.
Yang kedua, “Dewan Ashkelon,” berlokasi di 175 kilometer persegi, dan sekitar 17.000 pemukim Zionis tinggal di 4 pemukiman. Ketiga; adalah “Dewan Shaar Hanegev,” yang mencakup area seluas 180 kilometer persegi, dan memiliki 11 pemukiman pemukiman, di mana lebih dari 7.000 pemukim tinggal di sana.
Permukiman yang paling menonjol adalah Kissufim, Zikim, Nahal Oz, Kiryat Malachi, dan Kiryat Gat, selain kota Dimona, Ashkelon, Ashdod, dan Sderot, yang merupakan salah satu wilayah yang paling banyak menjadi sasaran roket dan peluru Palestina yang diluncurkan dari Jalur Gaza.