Setidaknya 50 warga Palestina syahid dalam serangkaian serangan udara brutal yang dilakukan penjajah Israel sejak Rabu dini hari hingga Kamis pagi (waktu Gaza), menurut laporan sumber medis kepada Al Jazeera. Di antara target serangan, tentara Israel secara terang-terangan mengakui telah membombardir Sekolah Yafa di lingkungan At-Tuffah, timur laut Gaza City, yang saat itu menjadi tempat perlindungan bagi para pengungsi.
Laporan dari lapangan menyebutkan, enam warga Gaza—termasuk seorang perempuan dan empat anak-anak—menjadi korban syahid saat rumah mereka dihantam rudal di lingkungan Sheikh Radwan, sebelah utara Gaza City. Dua warga lainnya gugur akibat serangan di wilayah Qizan An-Najjar, Khan Younis, Gaza selatan.
Beberapa warga dilaporkan luka-luka setelah rumah mereka dibombardir di Kamp Khan Younis. Di tempat yang sama, pasangan lansia syahid dalam serangan yang menghantam rumah mereka, juga di kawasan Qizan An-Najjar. Jenazah mereka dibawa ke Rumah Sakit Nasser oleh putra mereka yang bekerja sebagai perawat di sana. Tangis dan duka menyelimuti ruang gawat darurat ketika ia menerima kabar syahidnya kedua orang tuanya di tengah tugasnya.
Penjajah Israel juga melancarkan sejumlah operasi penghancuran di kota Rafah, wilayah paling selatan Jalur Gaza. Sebelumnya, tiga warga Palestina—termasuk dua perempuan—syahid ketika tenda pengungsian mereka di Jalan Al-Bi’ah, pusat kota Deir al-Balah, dihantam rudal. Para korban dilarikan ke RS Syuhada Al-Aqsa untuk mendapatkan penanganan medis.
Sembilan korban lainnya syahid dalam serangan terhadap sebuah rumah di lingkungan Shujaiyah, Gaza timur, disertai sejumlah warga yang mengalami luka serius.
Penargetan Sekolah: Pengakuan Langsung dari Tentara Israel
Militer Israel mengaku telah membombardir Sekolah Yafa dengan dalih keberadaan pejuang bersenjata. Namun, kenyataannya, sekolah tersebut menjadi tempat perlindungan bagi puluhan keluarga yang kehilangan tempat tinggal akibat serangan sebelumnya.
Petugas pertahanan sipil Gaza melaporkan telah mengevakuasi sepuluh jenazah dari lokasi tersebut, semuanya dalam kondisi hangus terbakar. Para korban dan korban luka dibawa ke RS Asy-Syifa dan RS lapangan Bulan Sabit Merah. Api melahap sebagian besar kelas-kelas sekolah, membuat para pengungsi kehilangan tempat berlindung yang tersisa.
Ancaman Gizi Buruk Akut pada Anak Gaza
Kondisi kemanusiaan di Gaza terus merosot tajam. Direktur RS Tahrir di kompleks medis Nasser, Dr. Ahmad Al-Farra, memperingatkan bahwa anak-anak Gaza kini berada dalam tahap kelima krisis gizi menurut klasifikasi WHO—tahap paling parah. Ia menegaskan bahwa keterbatasan obat-obatan dan susu bayi menyulitkan penanganan medis.
Situasi ini diperparah oleh kelangkaan nutrisi bagi ibu hamil, yang berdampak langsung pada kondisi bayi baru lahir dan anak-anak prematur. Kekurangan gizi juga menyebabkan krisis darah—banyak warga tidak bisa mendonorkan darah karena kadar hemoglobin yang rendah.
Laporan dari organisasi lokal dan internasional menegaskan bahwa krisis ini terus memburuk seiring blokade total dan agresi Israel yang menghalangi masuknya bantuan makanan, obat, serta suplai darah dari luar Gaza untuk merawat korban luka.