Spirit of Aqsa- Sejak awal Maret, Jurubicara Al-Qassam, Abu Ubaida, kembali tampil ke publik memberikan pidato perlawanan bertepatan ke hari 200 Taufan Al-Aqsa. Dia menegaskan, para pejuang masih berdiri kokoh seperti kokohnya gunung-gunung di Palestina. Sementara, Israel sibuk membuat pencitraan untuk menutupi kekalahan.
“Musuh kriminal masih berjuang untuk menyelamatkan citra publik dan menyelamatkan mukanya,” kata Abu Ubaida.
Dalam sebuah pidato yang disiarkan oleh saluran satelit Al-Jazeera pada Selasa (23/4/2024), Abu Ubaida menolak klaim keberhasilan Israel dalam melenyapkan dan membubarkan faksi-faksi perlawanan Palestina di Gaza, dan menyebut klaim tersebut sebagai “kebohongan besar,” dan menekankan bahwa tentara pendudukan Israel “masih terjebak di pasir Gaza.”
“Dalam 200 hari, musuh hanya mencapai pembunuhan massal dan kehancuran dan mereka hanya akan menuai lebih banyak rasa malu dan kekalahan,” kata Abu Ubaida dikutip dari Pusat Informasi Palestina, Selasa (23/4/2024).
“200 hari kemudian, perlawanan kami di Gaza masih sekokoh gunung-gunung Palestina,” tambah Abu Ubaida menggarisbawahi.
Pihaknya menekankan bahwa perlawanan tidak akan menyerah pada hak-hak dasar dan tuntutan rakyatnya, yaitu penarikan pasukan Israel, pencabutan pengepungan di Jalur Gaza, dan kembalinya warga sipil yang mengungsi ke rumah-rumah mereka.
Abu Ubaida memperingatkan keluarga-keluarga tawanan Israel di Gaza bahwa “waktu yang ada sangat singkat dan kesempatan yang ada hanya sedikit,” dan mengisyaratkan bahwa para tawanan Israel dapat mengalami nasib yang sama dengan Ron Arad (seorang penerbang Israel yang masih hilang setelah ditangkap di Libanon pada tahun 1986).
Menanggapi klaim Israel lainnya bahwa meningkatkan tekanan militer terhadap Hamas di Gaza akan mengarah pada pembebasan para tawanan, Abu Ubaida mengatakan bahwa “apa yang disebut tekanan militer terhadap gerakannya hanya akan memperkuat kepatuhannya terhadap posisinya dan membuatnya lebih bertekad untuk melindungi hak-hak rakyatnya.”
Dia menuduh pemerintah pendudukan Israel menunda-nunda untuk mencapai kesepakatan pertukaran tawanan dan mencoba menghalangi upaya mediator untuk mencapai gencatan senjata.
Dia menyatakan apresiasi Gerakannya terhadap setiap upaya militer dan rakyat yang mendukung Operasi Badai Al-Aqsha, terutama dari Libanon, Yaman dan Irak.