Sebuah operasi nekat yang menyasar markas pertahanan pasukan Brigade Kfir di Khan Younis, Gaza selatan, menjadi sinyal jelas bahwa perlawanan Palestina tengah mengincar kepala, bukan hanya ekor. Menurut analis militer Kolonel Nidal Abu Zaid, aksi ini mencerminkan tekad para pejuang untuk menawan komandan-komandan elite Israel yang kini aktif di jalur pertempuran.
Media penyiaran Israel melaporkan bahwa militer berhasil menggagalkan upaya tersebut pada Senin kemarin, namun (seperti biasa) tak satu pun detail operasi diungkap ke publik. Hanya diam yang dibungkus narasi selamat.
Meski serangan itu belum berhasil, Abu Zaid menekankan bahwa operasi tersebut menegaskan satu hal: strategi pejuang kini lebih berani, lebih terarah, dan menargetkan figur-figur penting dalam struktur militer Israel. Brigade Kfir, yang diketahui mengalami kelelahan ekstrem akibat rotasi pertempuran dari utara hingga selatan Gaza, menjadi sasaran empuk dalam kerentanan strukturalnya.
Brigade Kfir berada di bawah Divisi 99 yang seharusnya beroperasi di Gaza utara. Namun kehadiran mereka di selatan menunjukkan satu hal: pasukan pendudukan kini kehabisan tentara segar. Mereka terpaksa mendaur ulang unit-unit tempur yang sudah terkuras secara fisik dan mental.
Israel memilih bungkam soal rincian insiden ini. Namun Abu Zaid menduga, kejadian tersebut bukan sekadar baku tembak biasa. Ia mencurigai keterlibatan pasukan teknik militer Israel, unit yang dalam beberapa pekan terakhir disorot karena serangkaian insiden salah prosedur, hingga menyebabkan korban di pihak sendiri.
“Ini mengindikasikan mulai runtuhnya moral tempur di kalangan tentara Israel,” ujar Abu Zaid. Ketakutan, kebingungan, dan kesalahan operasional menjadi kombinasi mematikan yang melemahkan barisan pendudukan dari dalam.
Pada hari yang sama, media Israel juga melaporkan enam tentara mereka terluka dalam pertempuran di Gaza, satu di antaranya dalam kondisi kritis. Evakuasi darurat pun dilakukan lewat helikopter ke Rumah Sakit Shaare Zedek di Al-Quds.