Spirit of Aqsa- Laporan dari Le Monde mengungkap bahwa banyak tentara Israel, baik wajib militer maupun cadangan, yang terlibat dalam agresi terhadap Gaza, kini menderita gangguan stres pascatrauma (PTSD). Mereka menjalani perawatan di “Mizra’at Dani,” sebuah pusat rehabilitasi dekat Tel Aviv yang menawarkan terapi individu dan kelompok untuk mengatasi mimpi buruk serta trauma akibat perang.
Kehidupan Setelah Gaza
Adi (43), seorang tentara yang bertugas di garis depan Gaza, mengungkapkan ketegangan luar biasa yang dirasakannya selama operasi militer. “Kami tidak tahu siapa musuhnya, mereka tidak memakai seragam. Rasanya seperti terkepung dalam sangkar di bawah tembakan,” katanya. Kini, ia menjalani terapi Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR), teknik yang membantu mengolah kenangan traumatis.
Menurut Kementerian Pertahanan Israel, 43% dari tentara yang dirawat di pusat rehabilitasi menunjukkan gejala PTSD. Diperkirakan hingga tahun 2030, sekitar 100.000 orang, termasuk tentara, akan memerlukan perawatan terkait trauma akibat perang.
Trauma Kolektif
Menurut analis psikologi Merav Roth, perang tak hanya meninggalkan luka pada tentara, tetapi juga pada masyarakat Israel secara keseluruhan. “Kemampuan kita untuk berempati sedang diuji,” katanya. Konflik yang terus berlanjut, sirine peringatan, dan nasib para sandera yang belum jelas menambah tekanan.
Le Monde menyebutkan bahwa perang yang tak kunjung usai ini menciptakan trauma kolektif di Israel, dengan dampak yang tidak hanya terbatas pada tentara, tetapi juga warga sipil.
Sumber: Le Monde