Oleh: Ustaz Umar Makka, Lc (Sekjen SoA)

Bola mata Abu Bakar Ash-Shiddiq berkaca-kaca. Air mata sahabat Rasulullah SAW itu perlahan berlinang saat mendengar mimpi Syurahbil bin Hasanah.  “Wahai khalifah Rasulullah, apakah engkau berencana mengirim pasukan ke Syam?” tanya Syurahbil.

“Benar. Ada dalam benakku keinginan untuk itu dan aku belum menyampaikannya kepada siapapun. Tentu ada sesuatu sehingga kamu bertanya tentang itu,” ujar Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

“Benar, wahai khalifah,” Syurahbil menjawab.

Lalu perlahan Syurahbil menceritakan mimpinya kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia bermimpi melihat Abu Bakar berjalan di jalan yang terjal dan berduri di hadapan khalayak manusia. Kemudian, khalifatur Rasulillah itu bersama para sahabat naik ke mercusuar yang tinggi, mengawasi manusia yang ada. Setelah itu, mereka turun dan berjalan menuju tanah yang subur dipenuhi tanaman, perkampungan, dan benteng-benteng. Dalam mimpi itu juga ada sahabat yang membacakan surat An-Nashr.

Dalam mimpi tersebut, Khalifah Abu Bakar kemudian masuk pada sebuah benteng besar, yang Allah bukakan untuknya dan para sahabat yang mengiringinya. Para penduduk yang tinggal di benteng itu mengucapkan salam kepadanya.

“Allah telah memberikan kemenangan kepadamu dan menolongmu, maka bersyukurlah kepada Tuhanmu dan taatlah kepada-Nya.” Ujar para penduduk kepada Abu Bakar.

Setelah itu, Abu Bakar menakwilkan mimpi Syurahbil. Dia mengatakan, “Allah telah memberi kabar gembira kepadamu dengan kemenangan dan kamu secara tersirat menyampaikan berita kematianku padaku.”

Tanaman berduri yang dilalui Abu Bakar dan para sahabat hingga bertemu mercusuar tinggi dan naik di atasnya sambil mengawasi manusia yang ada menandakan dirinya akan menanggung masyaqqah (beban yang berat) dari pasukan kaum muslimin yang diutusnya, sebagaimana juga musuh menanggung penderitaan yang sama.

Abu Bakar naik ke atas mercusuar menuju tanah yang subur dan makmur dengan tanaman, perkampungan, dan benteng-benteng menandakan kemenangan. Pasukan kaum muslimin yang diutus ke Syam akan dimenangkan oleh Allah, sehingga membuat mereka tinggi dan Islam pun akan menjadi tinggi. Setelah kemenangan itu, kaum muslimin akan hidup di atas tanah yang subur sebagai kebutuhan hidup, yakni Syam.

Terkait sahabat yang membaca Surat An-Nashr, hal itu menandakan kematian Abu Bakar Ash-Shiddiq. Sebagaimana surat itu diturunkan yang menjadi tanda kematian Rasulullah SAW.

Abu Bakar Bermusyawarah untuk Menyerang Syam

Mimpi Syurahbil itulah yang menjadi cikal-bakal Abu Bakar membentuk empat pasukan perang untuk dikirim ke Syam dalam rangka pembebasan Baitul Maqdis. Dia mengumpulkan pembesar para sahabat untuk mengajak mereka musyawarah. Di antaranya ada Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

“Wahai sahabat Rasulullah, berikan pendapat kalian jika seandainya aku ingin mengirim pasukan ke negeri Syam?” tanya Abu Bakar kepada para sahabat.

Ketika Abu Bakar menyampaikan hal itu, serentak para sahabat mengatakan, “Sungguh kami sepakat, kami setuju dengan apa yang engkau inginkan, dengan apa yang engkau lihat, untuk mengirim pasukan menuju pembebasan negeri Syam.”

Bahkan Umar berkata, “baru saja kami  mengusulkan kepadamu ya Abu Bakar, bagaimana jika engkau juga mengirim pasukan ke Syam. Namun lagi-lagi engkau senantiasa mendahului kami untuk meniatkan kebaikan wahai Abu Bakar.

Keputusan Abu Bakar Ash-Shiddiq tersebut termasuk yang mengherankan para ahli sejarah. Sebab, kala itu, kaum muslimin masih berupaya menaklukkan Persia dan baru saja selesai perang Riddah (perang melawan orang murtad).

Hal itu juga menunjukkan bahwa Abu Bakar sangat memahami target dakwah Rasulullah SAW. Nabi SAW telah berhasil menguasai Jazirah Arab melalui Perjanjian Hudaibiyah pada tahun ke-6 Hijiriah atau 628 Masehi. Namun untuk membawa Islam ke level dunia, maka kuncinya penaklukan Baitul Maqdis, dan Syam secara umum.

Perang melawan Persia adalah perang untuk menyelamatkan akidah umat Islam. Sebab, kala itu, mayoritas kabilah yang murtad berasal dari utara madinah yang berdekatan dengan Persia. Setelah kaum muslimin berhasil mengalahkan kaum murtad, dan menguatkan iman mereka yang kembali kepada Islam secara utuh, Abu Bakar tak ingin Persia menjadi penghalang. Ia khawatir Persia akan mempengaruhi kaum muslimin, sehingga Persia harus dilemahkan terlebih dahulu.

Perang melawan Persia sebenarnya sangat erat kaitannya dengan penaklukkan Syam. Sebab, jika umat Islam fokus ke Syam, tidak ada lagi ancaman berarti dari Persia.

Pengiriman Pasukan

Sebelum memberangkatkan pasukan, Abu Bakar berdiri di hadapan kaum muslimin menyampaikan niatnya untuk membebaskan Syam. Pasukan itu tentu membutuhkan kekuatan dari para sahabat dan para tabi’in. Namun dalam beberapa hadis disebutkan tidak ada sahabat yang mengangkat tangannya, saat menyampaikan niatnya itu.

Abu Bakar telah menyampaikan tentang pahala jihad, namun saat mendengar bahwa yang akan diserang adalah Syam, tidak ada yang angkat tangan. Sampai kemudian Umar Ibnu Khattab mengangkat suara untuk mengajak para sahabat untuk keluar berjihad membebaskan Syam.

Setelah itu, berdiri satu orang dari kalangan yang pertama kali masuk Islam, Khalid Ibnu Said. Dialah yang pertama kali mengangkat tangannya untuk siap diberangkatkan menuju pembebasan negeri Syam, dan akhirnya diikuti oleh sahabat-sahabat lain.

Ini menunjukkan bahwa sahabat Rasulullah SAW saat itu pun tau kekuatan Romawi di Syam. Berbeda dengan Persia, pasukan Romawi saat itu sangat kuat. Hal itu yang membuat pembebasan Baitul Maqdis jauh lebih berat dibanding pembebasan lainnya. Tentu sesuai dengan mimpi Syurahbil Ibnu Hasanah.

Ketika para sahabat sudah mendaftarkan diri untuk diberangkatkan ke negeri Syam, ternyata jumlah pasukan masih sedikit. Maka kemudian ada masukan dari sahabat-sahabat Rasulullah untuk meminta bala bantuan pasukan dari Yaman.

Maka kemudian berangkatlah Anas Ibnu Malik membawa surat dari Abu Bakar untuk meminta bantuan dari kaum muslimin yang ada di Yaman. Ini menambah pasukan yang ada di Madinah.

Penunjukan Komandan Terbaik

Di antara kecerdasan Abu Bakar adalah memilih komandan perang terbaik. Para komandan itu terkenal dengan kehebatan membuat strategi perang. Setelah itu Khalifah Abu Bakar menetapkan para komandan yang akan berangkat memimpin pasukan ke negeri Syam. Mereka adalah; Amru bin Al-Ash, Yazid bin Abi Sofyan, Syurahbil bin Hasanah, dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.

Terkait Yazid bin Abi Sofyan, sebenarnya yang ditunjuk adalah Khalid bin Said. Namun Umar bin Khattab datang ke Abu Bakar memberi masukan ke Abu Bakar, “Ya Abu Bakar, Khalid Bin Said adalah orang yang shaleh, tapi dia bukan sosok yang cocok untuk memimpin pasukan ke Syam.”

Abu Bakar kemudian mengganti posisi Khalid bin Said dengan Yazid bin Abi Sofyan dengan beberapa pertimbangan. Pertimbangan itu agar keputusan Abu Bakar tidak menyakiti hati Khalid bin Said. Pertama, Yazid bin Abi Sofyan satu kabilah dengan Khalid bin Said, dari Bani Umayyah. Abu Bakar tetap menjadikan Khalid sebagai komandan, tetapi bukan komandan yang terjun langsung ke Syam, dia diminta memimpin pasukan pembuka jalan untuk kaum muslimin ke Syam.

Yazid bin Abi Sufyan membawahi 7000 pasukan. Abu Bakar memerintahkan agar Yazid membawa 7000 pasukannya menuju Damaskus. Damaskus berada di Suriah saat ini. Ini menjadi salah satu strategi Abu Bakar, bahwa puncak pembebasan Syam adalah pembebasan Baitul Maqdis. Pembebasan Baitul Maqdis akan berjalan mulus jika daerah di sekitar kiblat pertama umat Islam itu telah berhasil dilumpuhkan, Di antaranya adalah Suriah dan Mesir.

Yazid bin abi Sofyan didampingi Rabiah Ibnu Aswad Ibnu Amir. Abu Bakar meminta Yazid meminta nasihat kepada Rabiah, karena dia juga merupakan sahabat yang sangat ahli dalam strategi perang.

Kemudian pasukan kedua adalah Syurahbil Ibnnul Hasanah. Syurahbil adalah sahabat yang pernah bermimpi tentang pembebasan Baitul Maqdis. Dia membawahi sekitar 3000 sampai 4000 pasukan. Dia diperintahkan menuju daerah Basrah. Basrah hari ini masuk ke daerah Suriah, dan berada di sekitar Batul Maqddis.

Selanjutnya, Abu Ubaidah Al-Jarrah. Dia membawa pasukan sekitar 3000-4000 pasukan menuju area Hams atau Hims, yang saat ini ada di daerah Suriah. Berarti, dari empat komandan perang yang dikirim Abu Bakar, tiga di antaraya untuk menguasai daerah-daerah penting yang ada di Suriah, yakni Damaskus, Basrah, dan Hams.

Kemudian Amru bin Ash. Dia membawa pasukan 7000. Dia diperintahkan menuju Baitul Maqdis atau Ilyah. Abu Bakar lalu mengirim pasukan secara berkala.

Sebelum berangkat, Abu Bakar memberi pesan kepada Amru bin Ash,”Wahai Amru bin Ash, jangan melewati jalan yang sudah dilalui Yazid bin Abi Sufyan dan Syurahbil Ibnul Hasanah, tapi berangkatlah dengan 7000 pasukanmu menuju iliyah (Baitul Maqdis).”

Ada banyak wasiat yang disampaikan kepada Amru bin Ash, di antaranya agar Amru bin Ash sebelum masuk ke Palestina hendak mengirim mata-mata untuk mengetahui musuh yang ada di sana.

Abu Bakar memberi pesan kepada semua komandan perang sebelum berangkat. Dia meminta agar mereka bertakawakal kepada Allah, karena Dia-lah yang memberikan pertolongan. Abu Bakar juga meminta mereka tetap bersatu, karena Baitul Maqdis bisa dibebaskan jika umat ini bersatu.

Sumber: Youtube AQL Network Baitul Maqdis

Editor: Moe

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here