Spirit of Aqsa, Palestina– Penjajahan zionis Israel tidak hanya menciptakan kemiskinan bagi warga Palestina. Para penjajah juga kerap merusak masjid-masjid yang ada di negeri para nabi tersebut.

Misalnya Masjid Ibrahimi di Hebron, Tepi Barat. Masjid Ibrahimi, yang dulunya merupakan tempat ibadah Muslim murni, telah dibagi peruntukannya untuk Muslim dan Yahudi. Pembagian ini berlangsung sejak 22 tahun lalu menyusul tindakan ekstremis Yahusi Baruch Goldstein yang menembaki jamaah Muslim saat sholat subuh hingga menewaskan 29 orang.

Namun alih-alih mengeluarkan segelintir imigran ilegal Yahudi dari Hebron setelah peristiwa tersebut, penjajah Israel memutuskan untuk menghukum para korban pembantaian Palestina dengan membelah masjid, yang juga dikenal sebagai Gua Para Leluhur, menjadi dua.

Penjajah Israel juga menutup sebagian besar bisnis Palestina di kota tua Hebron, tempat para pemukim mendirikan pangkalan, dan membatasi pergerakan penduduk Palestina.

Tak sampai di situ, penjajah Israel sering melarang umat Islam sholat di Masjid Ibrahimi karena ada perayaan Yahudi. Seperti yang terjadi pada September 2022 lalu, otoritas penjajah Israel melarang umat Islam sholat di Masjid Ibrahimi dengan alasan Tahun Baru Yahudi yang sedang dirayakan. Sementara tempat itu hanya akan terbuka dan diakses untuk orang Yahudi.

Pengurus Masjid Ibrahimi, Sheikh Hafthi Abu Sneinah mengatakan pasukan Israel menolak akses warga Palestina ke situs suci bahkan jika untuk di halamannya. Hal ini karena para pemukim Yahudi sedang bersiap untuk menandai liburan Tahun Baru Yahudi.

Tindakan itu pembagian itu juga hendak diberlakukan di Masjid Al-Aqsa. Zionis Israel ingin membagi Masjid Al-Aqsa menjadi dua bagian. Satu bagian untuk imigran ilegal Yahudi dan satu bagian lagi untuk umat Islam.

Penjajah Israel juga ingin membagi Masjid Al-Aqsa berdasarkan waktu. 12 jam untuk imigran ilegal Yahudi dan 12 jam untuk umat Islam.

Namun, tindakan tersebut terus ditentang para Murabith. Meski mendapat banyak tekanan dan penindasan, para pemuda, orang tua, wanita, bahkan anak-anak terus datang ke Masjid Al-Aqsa. Mereka memakmurkan masjid agar tidak diambil alih oleh zionis Israel.

Hal terus kerap menciptakan perlawanan di Masjid Al-Aqsa. Seperti yang terjadi pada Ramadhan tahun ini. Penjajah Israel secara brutal menyerang umat Islam yang sedang shalat di Mushalla Al-Qibli. Mereka dipukuli, dilempar gas air mata, sampai penangkapan.

Pembatasan umat Islam masuk ke Al-Aqsa sudah sangat sering terjadi. Ramadhan ini, penjajah Israel menerapkan berbagai larangan kepada warga Palestina, yakni memasuki Masjid Al Aqsa.

“Perempuan segala usia, anak laki-laki sampai usia 12 tahun, dan laki-laki di atas 55 tahun diperbolehkan memasuki Masjid Al Aqsa selama Ramadhan tanpa izin terlebih dahulu,” kata Koordinator Kegiatan Pemerintah di Daerah, Mayjen Ghassan Alya

Pasukan penjajah Israel dikerahkan di pos-pos pemeriksaan yang mengarah ke Al-Quds Timur di mana Masjid Al Aqsa berada.

Mereka memeriksa kartu penduduk mereka dan melarang banyak dari mereka yang ingin masuk ke masjid tersebut.

Seorang warga Palestina, Abdelaziz Al-As’ad (60), mengaku beberapa kali berusaha melewati pos pemeriksaan militer Israel Qalandia, Al-Quds utara, tetapi pasukan Israel memeriksa tanda pengenal dan mencegahnya masuk dengan alasan keamanan.

“Israel menyatakan menyediakan fasilitas (untuk warga Palestina), kenyataannya ini bohong belaka, yang ada malah pembatasan pergerakan dan pencegahan beribadah,” kata Al-As’ad seperti diwartakan Anadolu, dikutip dari Antara.

n.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here