“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Al-Isra: 1)

Oleh: Ustaz Dr. Umar Makka, Lc

Surah Al-Isra menyimpan lautan makna yang sangat dalam. Tak akan habis mutiara-mutiara tadabbur dari surah tersebut meski diselami tiap hari. Surah Al-Isra juga disebut surah Bani Isral, karena mengcakup dan mengisahkan perjalanan keturunan Nabi Ya’kub AS. Di antaranya bagaiamana Allah menjelaskan dalam surah ini bahwa Bani Isral akan melakukan kerusakan di atas muka bumi Allah.

Para ulama juga menamai surah Al-Isra dengan surah Al-Qur’anul Adzim. Ini karena tidak ada surah yang menjelaskan tentang keutamaan, kemuliaan, dan sifat-sifat Al-Qur’an sebagaimana surah Al-Isra.

                سُبۡحٰنَ الَّذِىۡۤ اَسۡرٰى بِعَبۡدِهٖ لَيۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَـرَامِ اِلَى الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِىۡ بٰرَكۡنَا حَوۡلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنۡ اٰيٰتِنَا‌ ؕ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيۡعُ الۡبَصِيۡرُ

“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Al-Isra: 1)

Ada banyak pelajaran yang tersirat di dalam surah Al-Isra. Ayat pertama ini mengabadikan tentang perjalanan mulia yang pernah ada di muka bumi, perjalanan agung yang dilalui oleh Rasulullah SAW. Bahkan tak satu pun hamba yang pernah melakukan perjalanan sebagaimana yang Allah anugerahkan kepada beliau, yaitu Isra’ dan Mi’raj. Bagaimana tidak? Isra’ dan Mi’raj adalah perjalanan dari bumi menuju langit Allah Ta’ala. Perjalanan dari dunia yang fana menuju yang kekal di sisi Allah Ta’ala.

Ayat pertama surah Al-Isra mengabadikan perjalanan Rasulullah setelah beliau mendapati puncak ujian dakwah. Isra Miraj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makah ke Masjidil Al Aqsa di Yerusalem (Isra), kemudian dilanjutkan menuju langit ke Sidratul Muntaha (Mi’raj) dengan tujuan menerima wahyu Allah SWT. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi pada 621 M, dua tahun setelah wafatnya sang istri Siti Khadijah dan paman Rasulullah, Abu Thalib.

Tahun itu dinobatkan sebagai tahun kesedihan Rasulullah. Selain dua kesedihan di atas, kaum musyrik Qurais juga memboikot beliau dan para sahabatnya selama 3 tahun. Ketika Makkah tidak aman lagi, beliau ke Thaif. Tapi ternyata di sana juga dia mendapat penolakan. Beliau dilempari batu oleh orang-orang Thaif.

Sepulang dari Thaif, Jibril AS datang dengan Buraq untuk menjemput Rasulullah SAW, untuk sebuah perjalanan agung yang diabadikan di dalam ayat pertama ini. Allah Ta’ala ingin berkata kepada Rasulullah, ketika bumi dan manusia tidak mengetahui keutamaan yang diturunkan kepadamu, keutamaan risalahmu wahai Muhammad, maka sesungguhnya penghuni langit akan memuliakanmu, akan menyambutmu ya Rasulullah.

Di antara mutiara tadabbur dari ayat pertama surah Al-Isra adalah keutamaan bertasbih kepada Allah Ta’ala. Surah Al-Isra merupakan salah satu dari tujuh surah yang diawali dengan tasbih. Kemudian ada banyak ayat di dalam Alquran dan hadis yang menjelaskan tentang keutamaan tasbih. Di antaranya semua mahluk, tidak mahluk kecuali mereka bertasbih kepada Allah.

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ ۖ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ

“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (An-Nur: 41)

Pada ayat lain disebutkan;

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.Mulai dari malaikat, jin, tumbuh-tumbuhan, bebatuan, semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya.” (QS. Al-Isra: 44)

Selain itu, tasbih dapat menghapus atau menghilangkan dosa-dosa orang yang biasa mengucapkan. Nabi Saw. Bersabda: “Apakah salah seorang tidak sanggup untuk mengusahakan seribu kebaikan setiap hari?” Maka ditanyakan kepada beliau: “Bagaimana hal itu dapat diusahakan ya Rasulullah”? Berliau Berkata; “Yaitu bertasbih kepada Allah 100 kali, dengan tasbih tersebut dicatatat 1.000 kebaikan untuknya dan dihapuskan dari padanya 100 keburukan (dosa),” (HR. Muslim)Beliau juga menyebutkan keutamaan lain dari tasbih, “Tidak ada amalan yang memberatka timbangan amal di akhirat, sebagaimana tasbih memberatkan timbangan.”

“Dua kalimat yang ringan diucapkan lidah tetapi sangat memberatkan timbangan (amal) dan sangat disukai Allah adalah Subhanallahi wa bihamdihi, subhanallahil adziim (Artinya “Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya, Maha suci Allah yang Maha Agung,” (HR. Bukhari).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here