“Agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.” (QS. Al-Isra: 1)
Oleh: Ustadz Dr. Umar Makka, lc
Isra Mi’raj adalah peristiwa yang tak terindera. Tak heran, jika kaum kafir Quraisy tidak mempercai hal tersebut, bahkan mereka menganggap Nabi Muhammad SAW sudah gila. Namun begitu, perjalanan agung tersebut merupakan tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala yang diperlihatkan kepada beliau.
Peristiwa Isra dan Mi’raj diabadikan dalam satu surah dalam Al-Qur’an, yaitu surah Al-Isra. Pada ayat pertama terdapat banyak Mutiara-mutiara tadabbur yang bisa dipetik untuk menyelami tanda-tanda kekuasaan Allah Ta’ala. Salah satu hikmah besar dari surah tersebut adalah Allah Ta’ala menjelaskan sebagian tujuang perjalanan agung tersebut.
لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ
“Agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.” (QS. Al-Isra: 1)
Peristiwa Isra dan Mi’raj itu sendiri adalah tanda-tanda kekuasaan Allah Ta’ala. Di mana Rasulullah SAW diperjalankan dari Masjidil Haram di Makka ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis, Palestina. Lalu dari Masjidil Aqsha beliau diperjalankan ke Sidratul muntaha. Allah kemudian perjalankan kembali dari Sidratul Muntaha ke Masjid Al-Aqsha. Kemudian dari Masjid Al-Aqsha kembali ke Masjidil Haram.
Semua rangkaian itu hanya terjadi dalam satu malam. Padahal dalam perjalanan normal dengan rute yang sama, Makkah ke Palestina menghabiskan perjalanan berhari-hari. Tapi dnegan kuasa Allah,, Nabi Muhammad bisa melakukan perjalanan hanya dalam satu malam.
Hal itulah yang tak sampai pada logika kaum musyrik Quraisy. Mereka tidak percaya kejadian tersebut. Mereka seperti mendapat amunisi baru untuk mengolok-olok baginda Rasulullah SAW. Peristiwa itu juga menjadi bahan bagi mereka untuk menentang dakwah beliau.
Tidak sedikit sahabat-sahabat yang baru masuk Islam murtad. Iman mereka tak seperti Abu Bakar yang tanpa ragu sedikit pun kepada Rasulullah SAW. Mereka murtad juga tidak terlepas dari provokasi orang-orang musyrik Makkah kala itu.
Abu Bakar ash-shiddiq merupakan sahabat yang pertama kali mengimani Isra Miraj. Dalam sebuah riwayat disebutkan, orang-orang datang berbondong-bondong kepada Abu Bakar ash-shiddiq karena mendengar cerita perjalanan malam Nabi Muhammad SAW.
“Lihat apa yang diucapkan temanmu (Muhammad),” ujar salah satu di antara mereka.
“Apa yang Beliau ucapkan?” tanya Abu Bakar. Abu Bakar tak banyak bertanya. Ia mengimani Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT yang amanah dan jujur.
Orang-orang bercerita, Nabi Muhammad SAW mengaku telah melakukan perjalanan ke Baitul Maqdis. Ia diangkat ke langit hanya dalam satu malam. “Jika memang Beliau yang mengucapkan, maka sungguh itu berita benar, sesuai yang Beliau ucapkan. Karena Beliau adalah orang yang jujur,” kata Abu Bakar.
Peristiwa Isra Mi’raj itu terdiri dari rangkaian Nabi Muhammad menaiki burak hingga langit ke tujuh. Peristiwa sakral itu merupakan pelipur lara setelah beliau melewati ujian dakwah yang begitu berat. Sebut saja beliau dan para sahabatnya diboikot selama 3 tahun. Dua orang yang paling Rasulullah cintai meninggal dunia. Kedua orang tersebut adalah paman beliau, Abu Thalib, dan istri beliau, Siti Khadijah. Keduanya dikenal sebagai orang paling membela selama dakwah Rasulullah di Mekah.
Sepeninggal Abu Thalib dan Khadijah, perjalanan dakwah Rasulullah semakin terasa sulit. Itu karena tidak ada lagi orang yang membela beliau dan menjadi pelipur laranya. Saat berangkat ke Thaif untuk mendapat perlindungan, beliau disambut dengan lemparan batu. Beliau diusir. Pada akhirnya Allah merencanakan perjalanan spiritual untuk Rasulullah.
Setelah melakukan perjalanan Isra, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, Rasulullah dan Malaikat Jibril melanjutkan perjalanannya ke Sidratul Muntaha, yaitu lapisan langit ke tujuh. Perjalanan tersbut dinamakan dengan Mi’raj.
Jibril memeluk Rasulullah dan mencium bagian kening di antara kedua mata beliau sembari berucap, “Naiklah Muhammad! Engkau adalah tamu yang mulia dan akan menghadap Tuhan Yang Maha Mulia.”
Di setiap tingkatan langit, Rasulullah menyaksikan pemandangan yang luar biasa. Langit demi langit beliau lalui, hingga beliau mencapai puncaknya di langit ke tujuh atau Sidratul Muntaha, bahkan Jibril tidak dapat melampauinya. Ini adalah salah satu tanda kekuasaan Allah yang diperlihatkan kepada beliau.
Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan para nabi terdahulu bersama pengikutnya yang saleh. Terdapat tujuh lapis langit yang nabi lalui. Setiap langit terdapat nabi-nabi terdahulu. Langit pertama bertemu Nabi Adam, langit kedua bertemu Nabi Yahya bin Zakaria dan Nabi Isa bin Maryam, langit ketiga bertemu Nabi Yusuf, langit keemmpat bertemu Nabi Idris, langit kelima bertemu Nabi Harun bin Imran, langit keenam bertemu Nabi Musa bin Imran, dan langit ketujuh bertemu Nabi Ibrahim.
Setiap nabi yang dijumpai, Nabi Muhammad SAW mengucapkan salam, lalu mereka menjawab dan mengakui kenabian Muhammad SAW. (Safyurrahman al-Mubarakfuri, Rahiq al-Makhtum).
Tanda-tanda besar lainnya adalah saat Rasulullah SAW diperlihatkan wujud asli Malaikat Jibril AS. Itu diceritakan dalam Kitab Shahih Ibn Hiban, dari sahabat Abdullah Ibnu Mas’ud, Rasulullah bersabda:
عن ابن مسعود -رضي الله عنه- أنه قال في هذه الآية: {ولقد رآه نَزْلَةً أُخرى} [النجم: 13]، قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: رأيتُ جبريلَ عند سِدْرةِ المُنْتَهى، عليه ستُّمائة جَناح، يَنْتَثِرُ من رِيشِه التَّهاوِيلُ: الدُّرُّ والياقُوتُ
Dari Ibnu Mas’ud RA bahwa dia berkata tentang ayat ini, “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain.” (QS. An-Najm: 13) Rasulullah SAW bersabda, “Aku melihat Jibril di Sidratul Muntaha, ia memiliki enam ratus sayap yang berhamburan di bulunya intan dan permata dengan warna yang berbeda-beda.”
Selain itu ada banyak tanda-tanda kekusaan Allah yang diperlihatkan kepada Rasulullah, seperti telaga kautsar. Selain itu, beliau juga diperlihatkan siksa-siksa api neraka.