Spirit of Aqsa, Jakarta – Koalisi Indonesia Bela Baitul Maqdis (KIBBM) menggelar acara “Sumpahku untuk Al-Quds” AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (7/6). Salah satu tujuan acara tersebut adalah mempertegas dukungan rakyat Indonesia untuk perjuangan pembebasan Baitul Maqdis dari penjajahan Zionis Israel.

Dukungan masyarakat Indonesia untuk perjuangan Palestina tak diragukan lagi. Selain keterikatan ideologis umat Islam, mayoritas masyarakat Indonesia, terhadap Masjid Al-Aqsa, dukungan tersebut juga merupakan amanat konstitusi. Amanat tersebut mengacu pada Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang berbunyi penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Lebih dari itu, dukungan rakyat Indonesia juga berkaitan dengan utang sejarah sebagai negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Republik Indonesia melalui seorang Mufti Palestina, Muhammad Amin Al Husaini. Salah satu pidato Bung Karno pada 1962, juga mendasari dukungan terhadap rakyat Palestina untuk merdeka dari penjajahan Israel.

“Selama kemerdekaan Bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah Bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel,” kata Bung Karno.

Masyarakat Indonesia sering mengadakan acara bertema dukungan untuk negara yang kini dijajah Israel itu. Salah satunya, acara yang digelar Koalisi Indonesia Bela Baitul Maqdis (KIBBM) dengan tema “Sumpah untuk Al-Quds” pada Senin (7/6). Acara tersebut diikuti berbagai tokoh agama seperti Ustadz Bachtiar Nasir, Ustadz Zaitun Rasmin, Ustadz Fahmi Salim, hingga Ustadzah Nurjannah Hulwani dan Ustadzah Peggy Melati Sukma.

Selain itu, acara tersebut turut diikuti dari berbagai komunitas pemerhati Palestina di berbagai kota Indonesia melalui Zoom. “Gelora sumpah, mulai dari remaja, dewasa, hingga orang tua dan ibu-ibu,” tutur Ketua KIBBM, Ustadz Bachtiar Nasir saat menyampaikan sambutan dalam acara tersebut.

Acara yang digelar di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta Selatan itu turut memperingati 54 tahun pendudukan zionis Israel terhadap palestina. 54 tahun yang lalu, pada 5 hingga 10 Juni 1967, pasukan militer Israel mencaplok wilayah Palestina yang tersisa. Wilayah tersebut antara lain meliputi Tepi Barat, Yerussalem bagian timur, Jalur Gaza, juga Dataran Tinggi Golan di Suriah dan Semenjanjung Sinai di Mesir.

Pasukan Zionis Israel, dalam misinya untuk mewujudkan teritori “Negara Yahudi” pertama, mengusir paksa 750.000 orang Palestina dari tanah air mereka sekaligus menghancurkan perkampungan tempat tinggalnya. Faktanya, proses represi dan penjajahan Israel atas bangsa Palestina sesungguhnya dimulai jauh sebelum itu.

Ustadz Bachtiar Nasir menegaskan, meski catatan sejarah itu menyisakan fakta yang menyedihkan, namun sudah saatnya umat Islam seluruh dunia bersiap menyambut kemerdekaan Palestina. “54 tahun yang lalu adalah hari puncak kesedihan. Tapi bukan untuk hari ini. Kita peringati hari ini, tidak ada lagi kesedihan, yang ada adalah kebebasan, kemerdekaan, dan menuju kembalinya seluruh orang-orang yang berhak masuk ke tanah Palestina, untuk masuk ke Masjid Al-Aqsa. Untuk mencapai itu, dibutuhkan perjuangan dan sumpah, tapi di atas semua itu adalah taufik dari Allah SWT.” Kata dia.

Menurut dia, kemerdekaan Palestina hanya akan tercapai dengan pertolongan Allah SWT. Ia yakin dengan janji Allah SWT yang termaktub dalam surah al-Isra, yahudi pada akhirnya akan mengalami kekalahan.

“Jangan keluar dari yang telah digariskan oleh Allah. Bukan politik pada awalnya, bukan ekonomi yang akan memenangkan al-Quds, bukan militer juga pada akhirnya, tapi pertolongan Allah SWT. Maka barang siapa yang hendak berada di dalam barisan perjuangan itu, maka langkah pertama adalah percaya pada janji Allah SWT,” ucap pria yang kerap disapa UBN itu.

Hal serupa disampaikan Ustadz Fahmi Salim, pemili Al-Fahmu Institute. Dia menyebut dukungan terhadap perjuangan pembebasan Baitul Maqdis menjadi bagian akidah umat Islam. Maka menjadin kewajiban untuk terlibat dalam perjuangan tersebut.

“Peristiwa yang terjadi pada masa lalu yang tidak sanggup melindungi kiblat pertama umat Islam, yakni Masjid Al-Aqsa (harus menjadi pelajaran). Maka itu menjadi kewajiban kita, kita harus terlibat dalam perjuangan pembasan Baitul Maqdis,” ucap dia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here