Spirit of Aqsa | Kartoum – Sudan sepakat melakukan normalisasi dengan penjajah Israel, Jumat (23/10) bersamaan dengan penandatangan keputusan Amerika oleh Donald Trump, yang mencabut Sudan dari daftar Negara pendukung teroris.

Amerika menjadi mediator kesepakatan antara Sudan dan Israel, sehingga Sudan menjadi Negara Arab ke 5 yang menjalin hubungan normalisasi dengan penjajah Israel, dan Negara Arab ke 3 yang menyusul kereta normalisasi dalam rentang dua bulan.

Sejumlah pejabat Amerika menyatakan, Trump berupaya meraih kemenangan pilpres kedua kalinya dalam pemilu November depan, dengan memfasilitasi kesepakatan via telephone, dengan PM Israel Benyamin Netanyahu, dan PM Sudan Abdullah Hamduk, serta ketua parlemen transisi Abdul Fattah al-Burhan.

Dalam rangkain kesepakatan, Trump mengambil langkah cepat, menghapus Sudan dari daftar Negara pendukung teroris.

Dalam keterangan pers bersama Amerika, Sudan, Israel, disebutkan bahwa Trump dan al-Burhan serta Hamduk dan Netanyahu berdialog pada Jumat kemarin, dan mendiskusikan langkah maju Sudan yang bersejarah terhadap demokrasi, dan mendorong perdamaian di kawasan.

Ditambahkannya bahwa mereka sepakat untuk memulai hubungan bisnis dan perdagangan antara Sudan dan Tel Aviv, serta fokus di awal pada sektor pertanian. Ditegaskan bahwa Amerika akan membuat sejumlah langkah untuk memulihkan kekebalan Sudan, dan bekerja bersama dua koleganya, untuk meringankan beban hutangnya.

Normalisasi Sudan dengan Penjajah Israel Tusukan Baru Bagi Palestina

Pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menggambarkan keputusan Sudan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai “tusukan baru dari belakang” bagi rakyat Palestina.

“Sudan bergabung dengan negara-negara lain, yang menjalin hubungan dengan Israel, adalah tusukan baru dari belakang bagi rakyat Palestina sekaligus pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina,” kata anggota PLO Wasel Abu Youssef.

Sementara itu gerakan perlawanan Islam “Hamas” mengecam keras kesepakatan normalisasi antara Tel Aviv dan Kartoum, Jumat (23/10) dan menegaskan bahwa tak layak bagi Sudan melakukan hal itu, karena rakyat, sejarah dan peranannya sebagai Negara yang mendukung penuh perjuangan dan perlawanan Palestina.

Hamas menyatakan, “Kami mengecam keras dengan penuh emosi kesepakatan normalisasi yang menghinakan tersebut.”

Ditambahkan Hamas, bahwa segenap bangsa Palestina, bersama bangsa Arab dan dunia Islam serta aktifis kemanusiaan merasa terkejut, dan mengecam keras langkah yang diambil Sudan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here